Gulir ke Bawah untuk baca artikel
Bantul

Bantul Gandeng UGM Kembangkan Kedelai Lahan Pasir

×

Bantul Gandeng UGM Kembangkan Kedelai Lahan Pasir

Sebarkan artikel ini

Bantul, Koran Jogja – Melihat hasil panen kedelai varietas Grobogan yang dua kali dibanding penanaman biasa, Dinas Pertanian Pangan Kelautan dan Perikanan Bantul berencana menggandeng Universitas Gadjah Mada (UGM).

Kepala Dinas Joko Waluyo menyatakan pihaknya mengapresiasi hasil kerja penelitian Fakultas Pertanian yang mengembangkan kedelai varietas Grobogan di area ladang Dusun Nagasari, Desa Selopamioro, Kecamatan Imogiri.

“Saat ini kami sudah meminta beberapa kecamatan untuk menyiapkan lahan, di luar area penanaman padi dan jagung, untuk penanaman kedelai. Kita ingin mengajak petani Bantul mengembangkan kedelai,” katanya, Senin (14/3/2022).

Melihat hasil panen kedelai varietas Grobogan yang dikembangkan lewat program Smart Agricultural Enterprise (SAE), Joko mengaku tertarik mengembangkan di Bantul.

Terlebih pada panen perdana hasil yang didapatkan dua kali lipat dibandingkan penanaman biasa.

Bantul katanya tengah menyiapkan 80 hektar lahan pasir di pesisir selatan yang nantinya akan menjadi lahan penelitian dengan UGM untuk mengembangkan kedelai.

Dihadiri Dihadiri Rektor UGM Panut Mulyono, Fakultas Pertanian melakukan panen kedelai varietas Grobogan. Komoditas ini ditanam pertama kali pada 14 Desember 2021.

Bersama kelompok petani kedelai Ngudi Makmur, Fakultas Pertanian SAE yang mampu meningkatkan produktivitas kedelai dua kali lipat.

Program penelitian yang dikawal dosen Atris Suyantohadi. Total di Desa Selopamioro ada 20 hektar yang diberikan pendampingan, namun hanya 0,6 hektar yang mendapatkan program SAE.

“SAE adalah program yang fokus pada intensifikasi regenerative farming yang mengoptimalkan penanaman kedelai di lahan tropis,” jelasnya.

Melalui program ini, tanaman kedelai mendapatkan dalam pemenuhan nutrisi, pengairan, pemantauan cuaca, kelembaban tanah, dan pemberian pupuk secara sesuai waktu kejadian (real time) lewat sensor yang dipasang di tengah ladang.

Dengan penjadwalan tanam sesuai musim dan pemberian pupuk organik yang sudah diformulasikan khusus. Peningkatan produktivitas kedelai saat panen meningkat dua kali lipat. Lewat program SAE, per hektarnya mampu menghasilkan 3,2 sampai 4,2, ton.

“Dalam penanaman konvensional, yang kebanyakan dilakukan petani kita. Satu hektar lahan hanya mampu menghasilkan hanya 1,4 sampai 2,3 ton. Bahkan lewat program ini, industri bisa melacak dari mana varietas kedelai ini dihasilkan,” tuturnya.

Rektor Panut mengatakan program pendampingan kepada petani kedelai ini dihadirkan untuk memacu produktivitas kedelai kuning yang dikhususkan untuk bahan pangan seperti tempe, tahu dan lain-lain.

“Selama ini dari total kebutuhan kedelai kuning untuk pangan, hanya 10 persen saja yang mampu dipenuhi dari dalam negeri. Sisanya kita impor,” jelasnya.

Ketua kelompok tani Ngudi Makmur, Suparjo, memaparkan pihaknya menjadikan kedelai varietas Grobogan sebagai tanaman utama karena dinilai sesuai dengan kondisi lahan wilayahnya yang berada di perbukitan.

Dikembangkan sejak dua setengah tahun lalu, hasil panen tanpa menggunakan sistem SAE mencapai 2,5 ton per hektar. Saat ini dari 0,6 hektar diprediksi menembus 2,4 hektar. (Set)