
Yogyakarta – Awal cerita saat pembukaan Pimnas Agustus 2019 di GWK Bali, saya sangat terpukau dengan kemegahan GWK yang telah selesai dibangun dan diresmikan. Lantas dapat cerita dari teman tentang sosok pembuat GWK. Dari mulai kelakuan gilanya membeli tanah tandus dan berkapur yang dianggap orang gak bermanfaat dan-buang duit saja.
Hingga tanah yang sedikit-sedikit itu pun akhirnya menjadi ratusan hektar, kemudian ide gilanya ia wujudkan dg membangun GWK… dan tahu sendiri sekarang berapa harga tanah di GWK? Dulu saat dibeli harganya 27 ribu rupiah…. dan sekarang 8-20 Juta permeter! Gara-gara GWK!
Kini area GWK menjadi komplek wisata bukan saja diburu oleh turis domestik tapi juga mancanegara… sejak mulai pembangunannya loh! Karena semua orang penasaran dengan ide gila Nyoman Nuarta!
Karena cerita itulah saya penasaran dan ingin ketemu dengan penciptanya. Sekitar bulan Septemberan diajak teman ke galery Nuart, milik Nyoman Nuarta di Bandung. Kebetulan saat itu ada patung Fatmawati, milik Pemprov Bengkulu. Ketika tahu harga pembuatannya sekitar 7 Milyar lebih saya langsung tertegun.
“Wah, ternyata mahal sekali. Kalau di UNY ingin ada Patung Pak Nyoman, impossible sepertinya karena UNY gak punya uang sebanyak itu.” gurau saya.
“Pa Rektor, kalau Pak Rektor yang meminta pembuatan patung, tolong jangan bicarakan uang dengan saya. Saya sudah gak butuh uang. Jika UNY mau dibikinkan patung oleh saya, saya gak minta dibayar. UNY beli sendiri bahannya. Stainless, Kuningan,dan Tembaga, tapi saya gak mau bahan yang dilebur dari barang rongsokan, itu berkarat dan gak cocok dijadikan karya seni. Saya ingin semua bahan itu diimpor dari Jepang seperti yang selama ini saya gunakan dalam semua karya saya. Harganya gak jauh beda dengan harga di Indonesia tapi kualitasnya beda jauh sekali.”
Saya senang mendengar hal tersebut, tapi tetap dalam hati merasa sedih. “UNY pun gak akan bisa sepertinya, Pak. Meski hanya untuk beli bahan gak ada anggaran untuk itu.”
“Cari sponsor Pak, jangan mengandalkan dari uang UNY. Bilang ke mereka, Nyoman Nuarta yang buat. Kalau tidak dapat sponsor, hubungi saya, nanti saya bantu carikan.”
Pulang ke kampus saya ceritakan pengalaman di galery NuArt, lantas teman-teman bilang…jika Nyoman Nuarta berkenan membuat patung untuk UNY akan menjadi daya tarik tersendiri dan jadi kebanggan pula.
Bukan hanya karena nama besar Nyoman Nuarta tapi juga karena di Yogya belum ada karya Nyoman Nuarta yang besar dan menjadi ikon. ….terlebih tidak mau dibayar jasa…. dan di luar dugaan hari itu pula… sambutan datang dari BTN, Bank Mandiri, Bank BNI, dan BPD DIY mereka mau mensponsori pembelian bahan untuk patung tersebut karena mereka mendengar Nyoman Nuarta yang akan membuatnya!
Saya langsung kontak Pak Nyoman, dan Pak Nyoman pun langsung memberikan ide, Sayap Garuda, logo UNY dan api pada logo khas Yogya saja. Kami di kampus langsung menyetujui. Pak Nyoman meminta waktu 2 bulan terhitung Desember 2019 sampai Awal Februari 2020 karena November beliau sibuk jadi juri lomba desain Ibu Kota Negara. Pada awal Februari patung tersebur dipotong-potong layaknya lego dan dikirim ke Yogya. Lantas setelah sampai disusun lagi, dan Alhamdulillah besok tanggal 13 Februari 2020 patung tersebut akan diresmikan di Boulevard UNY.
Saya ucapkan terima kasih yang tak terhingga untuk BTN, Bank Mandiri, Bank BNI dan BPD DIY yang mau mendorong mimpi UNY, begitu pula kepada Pak Nyoman Nuarta yang dengan ikhlas dan sabar mewujudkannya.(rls)