Koran Jogja – Pengaruh budaya luar telah berhasil mempengaruhi perkembangan teknologi transportasi yang ada di Indonesia. Teknologi transportasi saat ini masih terus dikembangkan dalam segi efektivitas dan efisiensi agar dapat memenuhi kebutuhan manusia. Dengan adanya tekonologi transportasi dapat mempermudah mobilitas manusia.
Pada 1 Maret 2021, Presiden Joko Widodo didampingi Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan HamengkuBuwono X, dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo telah meresmikan Kereta Listrik (KRL) Yogyakarta–Solo di Stasiun Tugu Yogyakarta menggantikan Kereta Rel Disel (KRD) Prambanan Ekspres.
Pembangunan lintasan Yogyakarta – Solo telah dilakukan sejak tahun 2019. Sebelum beroperasi, KRL Yogyakarta – Solo telah melalui uji dan safety assessment terhadap sarana dan juga prasarananya.
KRL Yogyakarta – Solo mulaiberoperasi pada tanggal 10 Februari 2021 dengan 20 perjalanan setiap harinya. Untuk menaiki kereta jenis ini dikenakan biaya sebesar Rp. 8.000 yang telah menerima subsidi dari pemerintah dengan skema Public Service Obligation (PSO). System pembayaran menggunakan Kartu Multi Trip (KNP) dengan harga Rp. 30 ribu, sudah termasuk saldo sebesar Rp. 10 ribu atau bisa juga menggunakan Cummuterpay dan uang elektronik bank.
KRL Yogyakarta – Solo ini akan melayani perjalanan di 11 stasiun, yaitu Stasiun Yogyakarta, Stasiun Lempuyangan, Stasiun Maguwo, Stasiun Brambanan, Stasiun Srowot, Stasiun Klaten, Stasiun Ceper, Stasiun Delanggu, Stasiun Gawok, Stasiun Purwosari, dan Stasiun Solo Balapan.
KRL Yogyakarta – Solo ini dapat menampung sebanyak 1.600 penumpang dalam sekali perjalanan. Namun, karena adanya pandemi Covid-19 dan diberlakukan Social Distancing maka KRL Yogyakarta – Solo hanya bisa menampung sebanyak 74 penumpang dalam sekali perjalanan.
KRL Yogyakarta – Solo ini memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan KRD Prambanan Ekspres, dapat dilihat dari waktu tempuh perjalanannya. Dimana waktu tempuh perjalanan KRL Yogyakarta – Solo memiliki rata – ratasekitar 68 menit dengan jumlah pemberhentian 7 stasiun dan kecepatan maksimal sampai dengan 90 km per jam, sedangkan KRD Prambanan Ekspres memerlukan waktu tempuh rata – rata sekitar 75 menit dengan kecepatan maksimal sekitar 78 – 80 km per jam.
Dengan adanya KRL Yogyakarta – Solo yang ramah lingkungan ini diharapkan dapat membantu mobilitas orang maupun barang serta dapat meningkatkan ekonomi dan juga pariwisata. Presiden Joko Widodo menyampaikan bahwa konveksi dari kereta bertenaga diesel seperti KRD Prambanan Ekspres yang memakai bahanbakar solar menjadi kereta berenergi listrik dianggap baik bagi lingkungan.
Penulis : Aji Kurniawati (Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta)