Bantul, Koran Jogja – Tangis pesinden Fatin Thitot Nilam yang sejak pagi pecah usai menyanyikan Gending ‘Ladrang Gajahsena Slendro Pathet 9’. Gending permintaan Ki Seno Nugroho untuk dinyanyikan saat dirinya meninggal.
Berangkat pukul 12.45 WIB, jenasah Ki Seno Nugroho diberangkatkan dari rumah duka di Dusun Ngayam, Desa Argosari, Kecamatan Sedayu, Rabu (4/11) siang.
Sesuai kesepakatan warga, jenasah dimakamkan satu liang dengan almarhum bapaknya Ki Suparman di pemakaman Semaki Gedhe, Kota Yogyakarta.
“Saya pribadi kehilangan. Meskipun sering diejek saat pentas, namun dia adalah orang yang baik,” kata Tatin saat ditemui di rumah duka.
Bersama dengan delapan sinden lainnya, dan diiringi karawitan ‘Warga Laras’, gendhing Ladrang Gajahsena Slendro karya seniman Joko Porang dilantunkan sembari peti jenasah dibawa ke mobil ambulans.
Usai menyanyikan Gending ini, seluruh sinden dan anggota karawita menangis keras-keras. Gending ini adalah Gending terakhir bagi dalang kebanggaan mereka dan masyarakat DIY.
Gunawan Widagdo, Manajer Seno, menceritakan permintaan Gending ini secara langsung diungkapkan Seno sekitar dua tahun lalu.
“Gending waktu itu ditampilkan diuyon-uyon untuk pertama kalinya. Ki Seno digroup lantas meminta ini dinyanyikan saat dirinya meninggal. Kami kira guyonan, ternyata menjadi kenyataan,” ungkapnya.
Adik ipar Seno, Firly Ferdiansyah mengatakan penyebab kematian Ki Seno yang mendadak pada Selasa (3/11) malam disebabkan penyempitan pembuluh darah.
“Selasa sore belia bersepeda keliling dusun. Saat menelpon keluarga untuk dijemput dia mengeluhkan dadanya nyeri,’ katanya.
Sempat mengeluhkan hal yang sama dua bulan sebelumnya, keluarga memutuskan membawa Seno ke RS PKU Gamping untuk mendapatkan perawatan, namun pukul 22.00 WIB Seno dinyatakan meninggal.
Tersiar kabar, Ki Seno saat ini sedang senang hatinya karena putranya Gading Pawukir sudah bisa mendalang. Ki Seno meninggalkan istri Agnes Widiasmoro bersama dua putri dan satu putra.
Mewakili seniman DIY, Sutedjo mengaku sangat kehilangan dalang fenomenal ini. Seno dianggap mampu memberi contoh bagi para seniman bagaimana caranya merawat kebudayaan.
‘Pengabungan teknik mendalang DIY dan Solo, serta penyampaian pesan yang mudah ditangkap oleh semua kalangan menjadi andalannya,” katanya.
Selain itu, tokoh Bagong yang selama ini menjadi andalan Ki Seno juga menjadi ciri khasnya. Percayakan dan suara tokoh Bagong tidak bisa ditiru dalang lainnya.(set)