Bantul, Koran Jogja – Suharsono – Totok Sudarto (NoTo) mendapatkan dukungan dari para pelaku seni di Bantul dalam Pilkada 2020 ini. Pelaku seni yang tergabung dalam Paguyuban Seniman Tradisional Ketoprak dan Campursari yakin Suharsono mampu mengangkat kesenian tradisional ke panggung yang lebih tinggi lagi.
Ketua Paguyuban Seniman Tradisional Ketoprak dan Campursari, Tika Rusdiawati mengatakan banyak pelaku seni tradisional yang bergabung dalam paguyubannya. Kurang lebih 3.000 pelaku seni tradisional di Bantul kini menanti kembali kepemimpinan Subarsono yang selama ini dinilai sangat perhatian kepada mereka.
“Suharsono sangat memperhatikan kesenian tradisional di Bantul dan tak ingin nilai-nilai budaya luhur tersebut hilang. Tak ada pilihan lain bagi kami untuk mendukung Suharsono – Totok Sudarto (NoTo) memimpin Bantul,” jelasnya di Banguntapan Bantul, Jumat (4/12).
Tika Rusdiawati mengatakan, salah satu yang menjadi apresiasi paguyuban ini kepada Suharsono yakni bupati petahana tersebut selalu menghadirkan kesenian tradisional dalam setiap kegiatan di tingkat pemkab. Selain melestarikan budaya, upaya tersebut sebagai bentuk Suharsono mengayomi para pelaku seni di Bantul.
Tika Rusdiawati bersama bersama Direktur LSM Jogja Government Watch (GJW) Muhammad Dadang Iskandar, menyebut paslon nomor urut 2 tersebut dapat memberikan ruang yang lebih lagi bagi para seniman untuk berekspresi bila terpilih nantinya. Paguyuban Seniman Tradisional Ketoprak dan Campursari juga menginginkan Bantul akan memiliki taman budaya seperti di Kota Yogyakarta maupun Gunungkidul, tempat dimana mereka dapat mengembangkan kreasinya.
Penasehat Paguyuban Seniman Tradisional Ketoprak dan Campursari sekaligus Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Malam DIY, Inung Nurzani mengatakan kemajuan teknologi tak boleh menghilangkan kesenian asli daerah. Budaya warisan leluhur tetap harus dijaga, salah satunya dengan menjaga eksistensi para seniman tradisional.
“Suharsono mampu membangkitkan kesenian-kesenian asli Jawa yang hampir dilupakan. Jathilan, kethoprak, wayang orang hingga wayang kulit terus dikembangkan Suharsono dan memberikan ruang para pelaku seni di dalamnya untuk terus berkreasi,” kata Inung Nirzani yang juga Komandan Gerakan Pemuda Kabah (GPK) Bantul ini.(rls)