Bantul, Koran Jogja – Manajemen RS PKU Muhammadiyah Bantul menutup operasional pelayanan instalasi gawat darurat (IGD) hingga pukul 14.00 WIB Selasa (12/1) ini. Pasalnya sejak Senin (11/1) pagi jumlah pasien yang datang melonjak sedangkan seluruh kamar terisi.
Dihubungi, Manager Humas RS PKU Bantul Wahyu Priyono menjelaskan kedatangan pasien ke IGD baik yang umum maupun terduga terpapar Covid-19, bersamaan dengan penuhnya seluruh kamar.
“Karenanya sejak semalam (Senin), operasional IGD kami tutup sampai nanti siang pukul 14.00 WIB. Sebab kami gunakan untuk merawat pasien. Kami sudah memiliki gambaran siang ini ada pasien yang bisa dipulangkan,” kata Wahyu via telepon.
Dengan jumlah kamar total 150, Wahyu mengatakan sesuai intruksi Dinas Kesehatan pihaknya sudah menyiapkan 30 persen atau sebanyak 45 sebagai ruang perawatan pasien Covid-19.
“Saat ini di IGD pasien yang dirawat baik umum maupun terdugas terpapar Covid-19 sudah melebihi kapasitas normal yaitu delapan pasien. Bahkan tempat tidur ekstra dan meja-meja sudah dipergunakan untuk tempat tidur,” jelasnya.
Dalam kondisi normal, terdapat delapan tempat IGD yang dibagi rata peruntukkanya untuk perawatan pasien umum dan perawatan kedaruratan Covid-19.
Juru Bicara Percepatan Penanganan COVID-19 Bantul, Sri Wahyu Joko Santosa sebelumnya mengatakan meningkatnya kasus positif sejak awal Januari adalah merupakan dampak libur panjang akhir tahun.
“Penularannya masif dengan tidak menimbulkan tanda-tanda atau gejala terpapar. Tapi saat inkunbasi, terlihat gejala dan dari uji swab dinyatakan positif tertular,” kata Oki.
Di Bantul saat ini penyebaran Covid-19 merata sehingga tidak bisa membedakan klaster penularan. Sejak 5 sampai 18 Januari, sembilan kecamatan yaitu Banguntapan, Sewon, Pleret, Bantul, Jetis, Pandak, Kretek, Srandakan dan Sedayu dinyatakan zona merah.
“Untuk menekan penularan Covid-19 di Bantul, selain penerapan prokes ketat dibarengi dengan PTKM.,” ujarnya.
Terkait dengan penuhnya RS rujukan serta tempat isolasi mandiri (Shelter) yang disediakan Pemkab Bantul, Oki menyatakan Pemda meminta pasien terpapar tanpa gejala (asimtomatic) dirawat di rumah isolasi tingkat pedukuhan atau desa.
Sedangkan untuk terpapar dengan gejala ringan sampai sedang, RS Lapangan dan shelter menjadi tempat isolasi. Kemudian untuk gejala berat dirujuk ke RS rujukan.(set)