Bantul, Koran Jogja – Wakil Bupati Bantul Joko B Purnomo berharap para pemimpin daerah dalam penanganan pandemi Covid-19 saat ini banyak belajar bagaimana Bantul pulih dengan cepat pasca dihantam gempa bumi hebat lima belas tahun lalu.
“Bukannya membanggakan karena adanya bencana itu. Namun dalam pemulihan pasca bencana kita, baik seluruh pimpinan daerah maupun masyarakat bersatu padu dalam satu bahasa dalam keragaman di situasi tanggap darurat,” kata Joko, Kamis (27/5).
Menurut Joko langka cepat dari seluruh pimpinan dan masyarakat dalam menghadapi bencana bisa dicontoh dalam menghadapi pandemi Covid-19 saat ini.
Harapan itu disampaikan Joko saat memberi sambutan saat pembukaan 15 tahun refleksi gempa Bantul yang dipusatkan di Tugu Prasasti Episentrum Gempa Bumi Dusun Potrobayan, Desa Srihardono, Kecamatan Pundong, Bantul.
Selain Joko, turut hadir mantan Bupati Bantul periode 1999-2010 yang sekarang anggota DPR RI Idham Samawi dan Ketua Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral UPN ‘Veteran’ Yogyakarta, Jatmiko Setiawan.
Tepat hari ini, lima tahun lalu atau Mei 2006, saat itu Joko menceritakan dirinya sebagai Ketua DPRD Bantul langsung menyetujui kebijakan Bupati mengalihkan belanja APBD dialihkan untuk penanganan tanggap darurat.
“Saat itu Bupati dan seluruh pimpinan instansi daerah mencari celah untuk berhubungan dengan pihak lain dengan tujuan sama mempercepat program ‘Bantul Bangkit’. Semua berjuang keras tanpa henti,” ucapnya.
Sebagai Ketua Satgas Covid-19 Bantul Joko berharap hadirnya pemimpin dengan keputusan yang berani dengan kebijakan yang dikeluarkan demi kepentingan masyarakat dibutuhkan untuk keluar dari pandemi saat ini.
“Penangganan bencana tidak tidak terlepas dari keseriusan pemimpin daerah. Kerjasama akan mampu membawa masyarakat keluar dari pandemi,” kata ucapnya.
Dibandingkan dengan bencana gempa, yang huruk-huruk langsung merobohkan bangunan dan menewaskan ribuan orang. Covid-19 hadir tanpa bentuk dan langsung merebak tanpa mampu dicegat.
Dalam ceritanya, Idham Samawi mengatakan sebagai Bupati Bantul saat itu, berkoordinasi dengan semua pihak agar membantu dan mempercepat aktivitas harian serta ekonomi masyarakat adalah langkah prioritas.
“Namun saya pusing saat turunnya bantuan bagi bangunan roboh, karena tidak sesuai dengan kabar yang diberikan,” katanya.
Saat itu rumah roboh total diberi bantuan Rp15 juta, rusak sedang Rp6 juta dan ringan Rp1 juta. Jumlah itu separuh dari yang sebelumnya dijanjikan oleh pemerintah pusat dan diberikan secara bertahap.
Dirinya lantas mengajak masyarakat bekerjasama dan bergotong royong dalam membangun bangunan yang roboh dengan sistem adil dan bergilir. Hasilnya, dua tahun ribuan rumah terbangun kembali dengan nilai nominal dua kali dari bantuan.
Cepatnya penanganan gempa ini menurut Idham menjadikan Bantul menjadi contoh nasional jika terjadi gempa di daerah lain seperti Jawa Barat dan Sumatera Barat.
Dosen UPN Veteran Yogyakarta, Jatmiko Setiawan mengatakan dipilihnya lokasi prasasti episentrum karena tepat pertemuan Sungai Oyo dan Sungai Opak merupakan titik episentrum dan jalur gempa disebabkan tumbukan antara Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia.(set)