Bantul, Koran Jogja – Dinas Kesehatan Bantul bakal menyiagakan seluruh shelter isolasi di desa sebagai antisipasi puncak serangan Covid-19 varian Omicron pada akhir Februari awal Maret.
Dalam pesannya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin meminta daerah terus menjaga komunikasi ke masyarakat dan memprioritaskan rumah sakit untuk lansia berkormorbid.
Usai menemani Menkes Budi meninjau pelaksanaan vaksinasi khusus lansia di Desa Sumbermulyo, Kecamatan Bambanglipuro, Bantul, Jumat (21/1/2022).
Kadinkes Bantul Agus Budi Raharjo mengatakan sampai hari ini di Bantul tidak ditemukan kasus terpapar Omicron.
“Namun ini tetap kita waspadai dengan melakukan pengawasan jika nanti ada pekerja imigran yang baru pulang dari luar negeri,” jelasnya.
Sebagai upaya mengantisipasi puncak lonjakan positif Omicron nanti, Budi telah meminta kepada seluruh desa untuk menyiagakan shelter desa yang dalam beberapa bulan ini kosong karena tidak ada yang diisolasi.
“Shelter yang kita miliki di desa bisa menampung ribuan orang untuk isolasi. Saat ini kosong karena memang keterpaparan Covid-19 di Bantul sangat rendah. Kemarin baru 16 yang dinyatakan positif,” kata Agus.
Menteri Budi mengatakan kemungkinan puncak serangan Omicron akhir Februari atau awal Maret nanti.
Saat ini varian ini telah masuk ke Indonesia dan sudah terjadi transmisi lokal.
“Bukan lagi sekedar impor. Karenanya kita harus bersiap-siap dan tidak usah panik atau kuatir,” katanya.
Prediksi puncak ini menurut Budi berkaca pada negara yang sudah terpapar dulu, dimana puncak serangan terjadi pasca 40 hari setelah Omicron dinyatakan masuk. Berbeda dengan Delta yang puncaknya bisa mencapai 3-4 bulan.
Budi mengatakan per hari ini pasien positif terpapar Omicron sebanyak 200-300 orang per hari yang tersebar di Jakarta, Banten, Bandung, Surabaya dan sedikit di Bali.
Kondisinya, 60-65 persen tanpa gejala, dengan gejala ringan mungkin 30 persen.
“Puncak nanti, setiap harinya 2.000 orang terpapar. 10 kali lipat dibandingkan puncak varian Delta. Jika di Bantul dulu 300-400 puncaknya Delta, maka siap-siap mengantisipasi 3.000-4.000 pasien positif,” jelasnya.
Namun yang perlu diperhatikan, pesan Budi. Bahwa karakteristik Omicron berbeda dengan Delta.
Omicron memiliki tingkat penyebaran dan penyembuhan yang sangat cepat. Bahkan sampai hari tingkat pasien yang masuk ke RS dan meninggal sangat rendah.
“Daerah saya minta menyampaikan kondisi yang jujur pada masyarakat. Jangan ada yang ditutupi,” lanjutnya.
Daerah juga harus memprioritaskan RS pada pasien positif lansia yang memiliki komorbid, bergejala berat, dan belum divaksin atas dasar kesehatan.
Sedangkan yang terpapar dengan gejala ringan, tanpa komorbid disarankan isolasi mandiri di rumah atau shelter. (Set)