Yogyakarta, Koran Jogja – Hampir setahun pandemi Covid-19, sejumlah hotel baik dari kelas Melati sampai Bintang di Daerah Istimewa Yogyakarta sudah mulai dijual pengelolaannya. Minimnya pemasukan serta tidak adanya stimulus dari pemerintah menjadi alasan pengelola menjual.
Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY Dedy Pranawa Eryana mengatakan sampai Selasa (2/2) ini pihaknya sudah menerima laporan adanya sebanyak 50 hotel dan restaurant yang sudah dinyatakan dijual oleh pemiliknya.
“Kebanyakan memang hotel-hotel kelas Melati. Namun ada sempat unit hotel yang masuk kelas bintang satu hingga empat yang turut dijual. Ini merupakan dampak pandemi yang berkepanjangan,” kata Deddy.
Meski masih berupa laporan global, artinya pemilik yang berkeinginan menjual tidak melaporkan ke PHRI. Namun Deddy menyatakan penjualan hotel ini sudah marak di situs jual beli lengkap dengan harga yang ditawarkan.
Kondisi ini menurut Deddy diparah adanya pembatasan sosial mobilitas masyarakat yang berdampak pada tidak hadirnya warga luar Jogja untuk berlibur. Di Tengah minimnya pemasukkan, Deddy mengatakan pihaknya juga dikenakan membayar kewajiban membayar pajak.
Ketua Indonesian Hotel General Manager Association (IHGMA) DIY Herryadi Baiin kondisi tingkat hunian pertengahan Januari ini lebih parah dibandingkan awal pandemi. Jika diawal pandemi, tingkat hunian masih 40-50 persen namun sekarang hanya 5-10 persen saja.
“Padahal banyak bintang hotel yang sudah banting harga jual kamar,” kata Baiin.
Saat ini pemberian stimulus dari pemerintah berupa keringanan biaya listrik, pemotongan pembayaran pajak-pajak dan restrukturisasi hutang sangat diharapkan. Selain dibukanya kran pembatasan mobilitas masyarakat.
“Hotel telah menerapkan protokol kesehatan, namun jika masyarakatnya tidak tegas dalam melaksanakan protokol kesehatan maka sama saja mematikan ekonomi,” katanya.
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X memperpanjang status tanggap darurat hingga 28 Februari nanti. Alasan utama perpanjangan status yang keenam kalinya ini karena berdasarkan evaluasi DIY masih membutuhkan ditengah makin masifnya penyebaran Covid-19.