Bantul, Koran Jogja – Joko Purnomo menjadi generasi ketiga pembuat alat musik tradisional kendang. Tempat usaha yang dirintis oleh kakeknya ini berada di Dusun Daleman, Desa Gilangharjo, Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul.
Rumah produksi kendang yang kini dikelola oleh Joko Purnomo ini disebut Joko Kendang. Dia baru memegang kendali saat ayahnya sudah mulai sepuh pada 2005 silam.
Baca juga: Di Tangan Samsul, Truk Mainan Mampu Berharga Ratusan Ribu
“Saya belajar dari ayah yang setiap hari membuat kendang. Keluarga kami memang dikenal sebagai pengrajin kendang sejak 1950an,” katanya, Sabtu (16/9) kemarin.
Seperti yang dialami usaha lainnya, bisnis milik Joko pun sempat terseok. Pesanan alat musik kendang sepi.
Seiring waktu usahanya berangsur bangkit, salah satunya berkat adanya dana keistimewaan. Berbagai proyek dari dinas kebudayaan pun mengalir.
Joko Kendang membuat kendang untuk didistribusikan ke sejumlah kelompok kesenian termasuk campursari yang ada di Yogyakarta.
Berbagai ukuran kendang dia buat. Badan kendang atau klowong dia datangkan dari Wonogiri dan Sukoharjo.
Dari badan kendang itu, dia selanjutnya memasang kulit, mengatur sura, dan pengecatan.
Sedangkan untuk harga kendang buatannya, tergantung dari ukuran. Semisal untuk ukuran besar dijual Rp 4 sampai 5 juta. Sedangkan jenis ketipung dan ciblon sekitar Rp 1,5 juta sampai 1,75 juta.
Baca juga: Gegara Mancing, Warga Kwasen Hadirkan Taman Ingas
Kepala Desa Gilangharjo Pardiyana mengatakan ada berbagai potensi ekonomi yang ada di wilayahnya.
“Ada gamelan, keris, batik dan wayang. Selain kuliner. Kuliner ada lagi. Kita ingin menghadirkan sentra ekonomi yang arahnya peningkatan ekonomi,” pungkasnya. (Set)