Bantul, Koran Jogja – Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin berharap pelaksanaan strategi pelacakan, pengetesan dan perawatan (tracing, testing, treatment; 3T) di Daerah Istimewa Yogyakarta lebih rapi sehingga bisa menjadi percontohan daerah lain.
“Dari empat strategi yang direkomendasikan Badan Kesehatan Dunia (WHO), strategi 3T ini adalah yang paling efektif karena bertujuan untuk mengurangi laju penularan. Ini yang terpenting, penanganan dari hulu,” kata Budi, Senin (1/3).
Budi menyatakan hal ini saat memberi sambutan dalam kunjungan kerjanya untuk memantau akselerasi 3T melalui keterpaduan tenaga kesehatan (nakes), TNI/Polri, masyarakat dan pemerintah dalam penanggulangan Covid-19 di Puskesmas Bambanglipuro, Bantul.
Selama pandemi berlangsung Budi mengatakan upaya 3T masih sangat lemah. Hal ini diakibatkan kurangnya tenaga pelacak dan pengawasan pasien yang terkonfirmasi. Jumlah petugas sangat jauh dari angka ideal yaitu 30 tenaga per 100 ribu penduduk.
“Jika seluruh Indonesia, maka dibutuhkan 80 ribu tenaga pelacak dan pengawas yang tersebar di seluruh desa. Saat ini hanya TNI-Polri melalui Babinsa dan Babinkamtibmas yang bisa kita gerakan. Keberadaan mereka penting dalam pelaksanaan 3T,” lanjut Budi.
Keterlibatan TNI-Polri ini penting karena pandemi Covid-19 yang berlangsung setahun ini juga merupakan perang, namun bukan perang berbasis terror. Ini adalah perang virus yang juga membunuh orang. Covid-19 telah membunuh dua juta warga dunia, jumlah yang sama saat perang dunia I.
“Vaksiniasi mesti jalan. Saat ini targetnya cuma satu mengurangi laju penularan. Jika satu kena jangan sampai menulari dua, lima atau sepuluh orang. Satu tulari ke satu saja atau dari dua orang hanya menulari satu orang saja,” katanya.
Keberadaan Babinsa dan Babinkamtibmas di tingkat desa yang lebih mengenal kondisi wilayah dan mobilitas penduduknya. Diharapkan lebih cepat dalam melakukan pelacakan dan pengetesan dalam 72 jam setelah ditemukan satu pasien terkonfirmasi.
Penanganan dari hulu atau penyebab meningkatnya penularan ini menurut Budi diharapkan mampu menurunkan laju penularan hingga menyentuh angka 0,8 sampai 0,6 persen dari satu orang ter konfirmasinya. Artinya dari tiga orang yang terkonfirmasi menulari dua orang atau empat menulari tiga orang.
“Bila ini terwujud, maka tekanan ke rumah sakit akan turun. Pemilihan strategi penanganan yang fokus ke rumah sakit membuat mereka tidak kuat, sebab karena laju penularan masih tinggi. Banyak Nakes yang mati gara-gara ini,” katanya.
Dinas Kesehatan Bantul melalui Puskesmasnya menurut Budi sudah tepat dengan strategi 3T-nya. Ia berharap DIY semakin merapikan dan mengintensifkan strategi ini sehingga laju penularan turun, sebelum diaplikasi ke tingkat nasional.
Kapolres Bantul Akbp Wachyu Tri Budi Sulistiyono menjelaskan dalam pelaksanaan program 3T di Bantul untuk setiap kecamatan sudah diterjunkan satu personel Bhabinkamtibmas, dibantu satu personel Babinsa dan lima petugas pendamping dari Puskesmas.(set)