Bantul, Koran Jogja – Pasangan Akhyani dan Haryanti dari Bantul, berhasil mengolah limbah batok kelapa menjadi kerajinan bernilai tinggi. Bahkan produknya sudah diekspor ke sejumlah negara seperti Jamaika, Prancis, dan Turki.
Keduanya pun membagikan kisah awalnya mendirikan Yanti Batok Craft Jogja pada 2002 silam di Dusun Juron, Desa Pendowoharjo, Kecamatan Sewon.
Haryanti mengaku dirinya bersama suaminya merupakan produsen makanan ringan yang sistem jualnya dititipkan.
Ketika berkeliling ke pasar, mereka pun melihat banyak sekali batok kelapa yang terbuang sia-sia.
“Kami saat itu berpikir, apa yang bisa kami kerjakan dengan itu,” katanya kepada wartawan, Kamis (21/8).
Pasangan tersebut kemudian mendapatkan informasi salah satu produsen kerajinan yang butuh penyedia kancing berbahan batok kelapa untuk produknya.
Melihat adanya peluang tersebut, mereka pun tak menyia-nyiakan kesempatan. Waktu itu ada modal Rp 1 juta.
Pasangan ini selanjutnya belajar otodidak dan memproduksi mesin pemotong batok sendiri. Mereka juga berkreasi menghadirkan produk kerajinan yang variatif.
Seiring waktu, jenis produknya pun semakin berkembang karena disambut pasar dengan baik.
Sejumlah produk yang dibuatnya berupa alat makan, tas motif batok, taplak meja, kap lampu, tirai penutup pintu, dan masih banyak lagi.
“Dalam membuat tas, dompet, dan taplak meja, kami manfaatkan kancing-kancing batok yang sudah kami potong,” katanya.
Limbah batok kelapa yang dibelinya Rp 3 ribu per kilogramnya pun berhasil diubahnya menjadi produk kerajinan yang nilainya tinggi.
Misal saja alat makan seperti cangkir, teko, sendok, dan garpui yang dihargai sekitar Rp 50-100 ribu. Sedangkan untuk tas dan dompet, bisa menembus harga Rp350-400 ribu per bijinya.
Hasil produksinya ini untuk memenuhi permintaan banyak toko kerajinan di sejumlah daerah di Indonesia. Bahkan juga sudah diekspor ke Jamaika, Perancis dan Turki dan lainnya.
Akhyani mengaku bangga karena melalui usahanya ini dirinya bisa berkeliling Indonesia, diundang untuk memberi pelatihan pemanfaatan limbah batok kelapa.
“Berbagi ilmu tidak akan menciptakan pesaing, namun membantu meningkatkan ekonomi mereka. Toh kreasi yang dihasilkan dari kami juga terus berkembang,” pungkasnya. (*)
Baca artikel lainnya:
