Yogyakarta, Koran Jogja – Berkinginan mencetak generasi Islam yang berjiwa Qur’ani dan semangat enterpreneur. Yayasan Suluh Melayu Nusantara berusaha akan menghadirkan pondok pesantren modern tahfidz Al-Qur’an.
Di ponpes yang masih dalam pembangunan ini, Yayasan Suluh juga berambisi mengumpulkan berbagai terjemahan dari seluruh dunia untuk menjadi koleksi dan pembelajaran para santri.
Melalui rilis pada Rabu (21/4) Ketua Yayasan Suluh Melayu Nusantara, Noor Aslan menceritakan pembangunan ponpes di tanah seluas 850 meter persegi dengan gedung empat lantai sudah dimulai tahun lalu.
“Rencana anggaran membutuhkan Rp5,3 miliar, namun baru terealisasi Rp3,7 miliar. Pandemi Covid-19 menjadi salah satu kendala terhentinya proses pembangunan,” katanya.
Dengan kurikulum menghafal dan memahami Al-Qur’an, santri awal yang akan diterima adalah santri putra dengan masa pendidikan sekitar satu sampai dua tahun.
Sebagai dukungan keberhasilan pendidikan santri, Aslan memaparkan pihaknya berniat menyediakan perpustakaan dengan koleksi berbagai terjemahan Al-Qur’an dari berbagai negara.
“Langkah awal merupakan saya lakukan pribadi dan terkumpul terjemahaan dengan bahasa Latin, Italia, Perancis, Inggris, Jerman, Belanda, Rusia dan Cina. Khusus untuk terjemahan bahasa lokal nusantara, saat ini hanya memiliki bahasa Jawa dari 20 terjemahan yang dikerjakan pemerintah,” ucapnya.
Aslan mengatakan bukan perkara mudah untuk mendatangkan terjemahan Al Quran langsung dari negara-negara lain. Namun sebagai upaya untuk syiar agama Islam, Yayasan Suluh akan terus mencari.
Bila sudah terkumpul banyak maka nantinya Suluh Melayu Nusantara akan membuat museum Al Quran dari seluruh dunia. Di museum ini nantinya masyarakat tidak hanya melihat koleksi Alquran dalam berbagai bahasa namun juga mempelajarinya lebih dalam untuk lebih mengenal Islam.
Diharapkan keberadaan Al Quran dalam berbagai bahasa tersebut membuat khasanah dan pengetahuan tentang Islam dan Al Quran juga semakin luas. Sehingga syiar Islam sebagai berbagai belahan dunia bisa dilakukan di masa mendatang.
“Sehingga Al Quran dibaca, dipelajari dan bisa diamalkan siapa saja,” jelasnya.(set)