Bantul, Koran Jogja – Berawal dari kegiatan memancing bersama yang digelar oleh kalangan pemuda, warga RT 05 Dusun Kwasen, Desa Srimartani, Kecamatan Piyungan, Bantul berhasil menghadirkan ruang publik sekaligus obyek wisata yang diberi nama Taman Ingas
Berada di 500 meter selatan Pasar Desa Srimartani, objek yang berada di sisi kedua sisi Kali Gawe ini baru hadir pada Oktober tahun lalu ini sudah terkenal di kalangan penghobi olahraga sepeda.
“Dulu tempat ini merupakan lokasi pembuangan sampah liar warga. Ketebalan sampah saat kita bongkar mencapai 50 Cm,” jelas Koordinator Taman Ingasan, Mudhofar, Rabu (17/3).
Mudhofar bercerita kehadiran taman spontanitas berasal dari kalangan pemuda yang sebelumnya menggelar lomba mancing bareng dengan membendung Kali Gawe. Berlangsung hingga empat atau lima kali, Ia mengatakan dari kegiatan ini mampu menghasilkan uang Rp9-10 juta untuk sekali kegiatan.
“Dari sinilah maka muncullah ide membuat taman di bantaran Kali Gawe dengan maksud memberi ruang ekonomi kepada warga yang belum memiliki pekerjaan tetap,” katanya.
Maka dengan gotong royong, warga RT 05 kemudian membersihkan lahan dari tumpukan sampah, mendirikan saung, dan warung-warung. Di awal operasinya, Mudhofar mengatakan sebenarnya taman ini diperuntukan untuk warga sekitar terutama anak-anak sekolah.
Dengan keberadaan Wifi gratis, anak-anak sekolah yang belajar di saung-saung dimanfaatkan sebagai daya tarik menarik pengunjung. Hasilnya, dari mulut ke mulut keberadaan taman ini sampai di luar dan sekarang ini menjadi jujugan pesepeda khususnya di akhir pekan.
“Di hari biasa tingkat kunjungan berkisar 100-150 orang, namun pada akhir pekan mencapai 400-500 orang yang didominasi pesepada. Untuk tiket masuk dan parkir, sementara ini mengandalkan sukarela dari pengunjung,” lanjutnya.
Bagi Mudhofar, keberhasilan yang paling utama adalah melibatkan sekitar 100 orang dalam pengelolaan Taman Ingasan ini setiap harinya. Selain itu keberadaan 15 warung dengan sajian makanan ndeso menjadi pemasukan utama bagi 16 KK yang sebelumnya tidak memiliki penghasilan.
Mengenai kegiatan mancing bareng, Mudhofar mengatakan selama musim hujan ini memang dihentikan sambil menunggu musim kemarau. Saat itulah biasanya Kali Gawe dibendung dan kegiatan mancing dilaksanakan sebulan dua kali.
Dalam sosialisasi cleanliness, health, safety and environmental sustainability (CHSE), Kepala Bidang Pemasaran Dinas Pariwisata, Gupiyanto mengatakan perkembangan obyek wisata berbasis masyarakat sesuai isi dan semangat Pemda Bantul agar masyarakat bergerak dengan semangat ‘dari’, ‘oleh’ dan ‘untuk’ mereka sendiri.
Sebagai embrio, Dispar mendorong pengelola meningkatkan kemampuan kelembagaan yang diawali pembentukan kelompok sadar wisata (Pokdarwis).
“Kita meminta pengelola menghadirkan keunikan sebagai pembeda. Sehingga ketika ditawarkan dalam pemasaran jejaring, maka keunikan itu menjadi daya tarik sendiri,” ungkapnya.(set)