Kamis, 24 April 2025
Koran Jogja

Mbah Gombloh, Produksi Gamelan di Kawasan Puncak Bibis Bantul Sejak 1983

Mbah Gombloh, Produksi Gamelan di Kawasan Puncak Bibis Bantul Sejak 1983. (Ist)
Mbah Gombloh, Produksi Gamelan di Kawasan Puncak Bibis Bantul Sejak 1983. (Ist)

Bantul Koran Jogja – Gombloh Gamelan, sebuah tempat produksi gamelan yang berada di kawasan Puncak Bibis, Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul.

Pemilik tempat produksi tersebut bernama Gito Siswooyo. Pria berumur 72 tahun itu diketahui sudah sejak 1983 silam menjalankan usahanya ini.

Gito tampak sibuk bersama dua anak buahnya saat rombongan wartawan Bantul tiba di rumahnya, Jumat (28/6).

Dia sedang mengerjakan gamelan pesanan dari grup kesenian Jathilan dari Muara Enim, Banjarmasin. Gito pun tetap menyempatkan waktunya untuk menyambut para jurnalis tersebut.

Gito berkata kalau dirinya sudah mengenal dan suka dengan gamelan sejak masih kecil. Kemudian pada 1976 silam, dirinya mulai terjun ke dunia usaha pembuatan gamelan.

“Saat itu, sata bekerja di tempat perajin gamelan yang berada di Pelem Sewu (Niten, Sewon),” katanya.

Di kalangan seniman, Gito Siswoyo akrab dengan nama Mbah Gombloh Gamelan. Dia pun dipercaya untuk membuat gamelan sendiri.

Gito kemudian memberanikan diri mendirikan usaha pembuatan gamelan pada 1983 silam. Sejak hadir 41 tahun lalu, dirinya tidak istirahat dalam membuat gamelan.

Bagi Gito, pekerjaan membuat gamelan ini merupakan suatu hobi. Dirinya pun bertekad akan tetap memproduksi gamelan sampai akhir hayatnya.

“Terlebih zaman sekarang cari perajin gamelan sukar. Biasanya hanya mereka yang suka gamelan saja yang bisa produksi,” ujarnya.

Gito menuturkan dalam pembuatan gamelan ini dirinya menggunakan tiga jenis material dan tentunya harga jualnya berbeda.

Dalam setahun, dirinya dibantu oleh 10 orang pekerja mampu menyelesaikan 70 pesanan gamelan dengan memakai tiga jenis material tersebut.

Setiap satu set gamelan perunggu lengkap, yang terdiri dari laras (nada) slendro (bas) dan pelog (minor), dibanderol mulai Rp350-700 juta.

Sedangkan untuk gamelan dengan material besi mulai dari Rp35-75 juta, dan bahan kuningan dari Rp175-200 juta.

“Pembuatan paling lama gamelan berbahan perunggu. Untuk satu set gamelan memakan waktu sebulan, dan untuk menyelaraskan nada harus mendatangkan ahlinya dari Boyolali,” lanjutnya.

Mbah Gito Gombloh di tengah usainya senjanya, selain bangga karena masih bisa memproduksi gamelan juga bangga atas pencapaian anaknya.

Anak perempuannya bernama Sarah Yuliana (19) yang baru diterima di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta bertekad meneruskan usahanya.

“Saya mengajarkan padanya, usaha gamelan ini bermanfaat bagi banyak orang karena melestarikan budaya adiluhung yang meliputi karawitan, wayangan dan ketoprakan bahkan jatilan,” tutupnya. (Set)

Baca artikel lainnya:

Leave a Reply