Bantul, Koran Jogja – Kalangan petani cabai di Desa Srigading, Kecamatan Sanden, Bantul menyatakan musim hujan mengakibatkan tanaman cabai gagal panen. Akibatnya, ditengah mahalnya cabai stok di petani kosong.
Dihubungi Senin (11/1), Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Desa Srigading, Joko Suyono menyatakan menurunnya produksi tanaman cabai dirasakan sejak Oktober atau awal musim hujan.
“Bahkan saat ini hampir tidak ada petani yang menanam cabai. Yang tersisa sekarang adalah sisa musim kemarau kemarin dan kondisinya rusak akibat hujan,” katanya.
Joko mengatakan dirinya juga mengalami kerugian besar. Pasalnya dengan luasan tanaman cabai yang dikelolanya mencapai dua ribu meter persegi, komoditas itu hanya bisa dipanen empat kali.
Padahal sejak ditanam pertengahan November silam, Joko mengatakan biasanya tanaman cabainua hingga akhir Januari bisa 15 kali panen.
“Namun sekarang semua sudah mati dan kering karena virus Patek serta hujan deras terus-menerus,” jelasnya.
Karena tidak hanya dirinya saja yang mengalami kerugian, petani di kelompoknya juga alami hal sama. Joko mengatakan saat ini stok cabai di petani kosong.
“Jadi tidak heran, karena di setra cabainya Bantul stok kosong maka harganya mahal,” ujarnya.
Terpisah, Kepala Seksi Distribusi dan Harga Kebutuhan Pokok, Dinas Perdagangan Bantul, Zuhriyatun Nur Handayani, memaparkan mahalnya harga cabai di pasar penyebab utamanya memang faktor cuaca.
“Karena cabai merupakan komoditas yang rentan dan mudah busuk jika musim hujan,” ujar dia.
Dari pemantauan di lima pasar besar Bantul, Diperdag Bantul mencatat harga cabai rawit saat ini sudah menembus Rp74.500 per kg dan cabe merah Rp49.500 per kg.(set)