Yogyakarta, Koran Jogja – Tertundanya realisasi pembangunan tol Solo-Yogyakarta-Cilacap karena pandemi, diprediksi bakal membuat pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta menurun. Kuartal pertama 2021 pertumbuhan ekonomi DIY tumbuh 7,8 persen.
“Semester pertama tahun ini pertumbuhan ekonomi DIY tumbuh 11,8 persen. Sektor telekomunikasi dan ekspor menjadi penyumbang terbesar dengan persentase 31,8 persen dan 43 persen,” kata Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono, Jumat (27/8).
Angka-angka ini disampaikan Sultan saat memberikan sambutan dalam peluncuran program ‘Kita Jaga Usaha’ yang diinisiasi oleh BAZNAS RI dan dihadiri Menteri Koperasi dan UMKM Teten Masduki.
Namun Sultan memprediksi pertumbuhan ekonomi ini pada kuartal ketiga atau keempat akan kembali turun pada angka 5-6 persen. Pasalnya selama pandemi angka investasi yang ditanamkan di DIY tidak ada.
“Kebetulan penanaman investasi bagi DIY merupakan faktor utama pertumbuhan ekonomi di kuartal pertama dan kedua,” jelasnya.
Ia mencontohkan penundaan pembangunan tol yang menghubungkan Solo-Yogyakarta-Cilacap dikuatirkan akan menjadi penyebab utama penurunan ekonomi DIY kedepan.
Menteri Teten Masduki mengatakan program ‘Kita Jaga Usaha’ ini merupakan program pemberian bantuan produksi bagi para pelaku usaha makanan se-Jawa Bali dan dipusatkan di DIY.
“Terpilihnya DIY karena pemdanya dinilai selama pandemi ini mampu menjaga keberlangsungan para rekan-rekan UMKM bertahan, untuk kemudian pulih dalam selama pandemi,” jelasnya.
Teten melanjutkan, selama pandemi ini pemerintah tetap konsisten mendorong pemulihan ekonomi nasional berbagai program. Salah satu yang sekarang didorong adalah pemberian stimulus pada pelaku UMKM.
Ia mengatakan Bantuan Produktif Usaha Mikro telah disalurkan sebanyak 93 persen dari target sasaran yang mencapai 12,8 juta. Dimana rinciannya dari anggaran sebesar Rp15,36 T sudah disalurkan Rp12,21 T kepada 11,48 juta pelaku UMKM.
“Termasuk penyaluran akses pembiayaan KUR Super Mikro, KUR Mikro, Kur Kecil dan Kur Penempatan TKi yang sudah terealisasi Rp145 T dari target Rp253 T,” jelas Teten.
Kementerian menurut Teten saat ini juga menargetkan 30 juta pelaku UMKM di 2023 terhubung ke ekosistem pemasaran digital. Tahun ini baru 14 juta atau 22 persen dari total UMKM yang masuk ke pemasaran digital.(set)