Koran Jogja – Bayangkan seorang astronot secara tiba-tiba pingsan di luar angkasa. Dia kemudian meninggal dunia akibat serangan jantung.
Beruntung, hal tersebut belum pernah terjadi. namun sudah ada 21 orang tewas di luar angkasa. Penyebabnya yakni kerusakan pesawat luar angkasa.
Kerusakan tersebut menyebabkan seluruh awak di dalamnya tewas. Namun jika ada salah satu awak meninggal, bagaimana penanganan jenazahnya? Lepaskan ke luar angkasa.
Jimmy Wu, kepala insinyur di Translational Research Institute for Space Health di Baylor College Kedokteran di Texas mengatakan dalam ruang hampa bertekanan rendah, cairan apa pun (kulit, mata, mulut, telinga, dan paru-paru) akan berubah menjadi gas.
Bahkan pembuluh darah bisa pecah setelah kematian, dikutip dari Live Science.
Wu mengungkapkan sisa air di dalam tubuh kemungkinan membeku karena suhu rendah dasar ruang angkasa yakni minus 454,81 derajat Fahrenheit (minus 270,45 derajat Celcius).
Cairannya hilang, ditambah pembekuan, akan menyebabkan jenazah menjadi mumi.
Baca artikel lainnya:
- Google memungkinkan Anda meminta penghapusan hasil penelusuran berisi data pribadi
- Oksitosin ‘hormon cinta’ dapat membantu memperbaiki cedera jantung
- Update WhatsApp, pengguna segera dapat bergabung panggilan dengan klik link tautan
Nasib tersebut juga akan dialami astronot di luar angkasa tanpa pakaian Antariksa. Hal yang terjadi selanjutnya adalah bergantung apakah ada bakteri di sekitarnya.
Benda yang dibuang dari pesawat luar angkasa juga akan mengalami dehidrasi dan membusuk menuju orbit dan mengikuti arah dorongnya. Kecuali jika bertabrakan dengan benda lain.
Myles Harris, seorang mahasiswa doktoral di Institut Risiko dan Pengurangan Bencana University College London mengatakan seluruh puing ruang angkasa dan satelit yang mengorbit di sekitar bumi bertabrakan satu sama lain.
Mayat pun juga bisa berisiko bertabrakan dengan benda lain di sekitar orbit bumi.
NASA, untuk menghindari risiko ini kemudian merekomendasikan supaya pergi lebih jauh ke luar angkasa meninggalkan orbit tersebut sebelum melepas benda.
Mayat di sekitar orbit bumi yang berhasil menghindari tabrakan dengan sampah atau satelit pun akan tertarik kea rah bumi secara perlahan karena gravitasi.
Pada akhirnya hal yang dramatis yakni perjalanan mayat tersebut, bisa masuk kembali ke atmosfer dan terbakar.
Memang bukan satu-satunya pilihan, melepaskan jenazah dari pesawat ke luar angkasa. Kemungkinan lain yakni penguburan di luar angkasa. Namun punya risiko mencemari permukaan planet.
NASA kemudian mengembangkan kantong jenazah yang bisa membantu mengawetkan sisa pesawat ruang angkasa selama 48 sampai 72 jam.
Waktu tersebut yang cukup untuk kembali ke Bumi dari Stasiun Luar Angkasa Internasional.
Namun jika perjalanannya jauh, seperti misi Mars dengan penerbangan tujuh bulan kembali ke Bumi, para kru harus mencari opsi lain.
NASA sedang mempersiapkan prosedur kematian untuk penerbangan luar angkasa yang menjelajah lebih jauh dari bumi.
“Mudah-mudahan hal itu tidak pernah terjadi, tapi mungkin saja terjadi,” kata Harris. Dan jika ya, lebih baik bersiap-siap. (*)