Yogyakarta, Koran Jogja – Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, Hanik Humaida mengatakan terjadi peningkatan energi guguran di Gunung Merapi. Ini menjadi penanda magma semakin dekat ke permukaan.
“Gempa guguran meningkat signifkan dan menjadi penanda energy magma sekakin kuat. Ini berdampak material guguran yang terlontar semakin banyak,” kata Hanik di BPPTKG, Kamis (19/11).
Kondisi ini disampaikan Hanik usai rapat bersama dengan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo dan anggota Komisi VII DPR RI yang dipimpin Wakil Ketua Bambang Wuryanto.
Meski terjadi peningkatan gempa guguran dan dekatnya magma ke permukaan, tapi dari pengamatan terakhir puncak Merapi pada Senin (16/11) dengan pesawat tanpa awak (drone), BPPTKG mengatakan kubah lava belum terbentuk.
Karena kubah lava belum terbentuk, Hanik mengatakan pihaknya belum bisa memastikan kapan pastinya Merapi ini akan meletus. Sebab dibutuhkan data mengenai kecepatan pembentukan dan besarnya volume kubah lava untuk mengetahui pastinya letusan terjadi.
“Ini yang perlu diketahui masyarakat, letusan yang akan terjadi nanti tidak seperti letusan 2010. Kemungkinan relatif seperti letusan 2006 namun dengan intensitas yang lebih tinggi,” ujarnya.
Soal arah guguran, beberapa memang mengarah ke sisi Selatan yaitu ke Kali Gendol. Namun sampai saat ini BPPTKG merilis guguran lebih banyak jatuh ke arah barat dan barat daya.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kasbani memastikan sampai Merapi telah di monitor dan terpantau dengan peralatan terbaik berstandar internasional.
“Paling komplit. Jadi kami minta masyarakat tetap tenang dan mengikuti instruksi pemda sesuai masukan dari kami. Kami percaya masyarakat di lereng Merapi lebih berpengalaman,” katanya.(set)