
Yogyakarta, Koran Jogja – International Atomic Energy Agency (IAEA) resmi menunjuk Indonesia sebagai tuan rumah Konferensi Internasional High Temperature Reactor Technology 2021 yang digelar secara virtual yang berlangsung 2-5 Juni. Indonesia dinilai berperan aktif dalam pengembangan teknologi reaktor berpendingin gas.
Dalam sambutannya secara virtual dalam jumpa pers, Direktur Divisi Nuklir IAEA mengatakan Indonesia lewat Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) telah terlibat aktif dalam pengembangan teknologi reaktor berpendingin gas.
“Insinyur nuklir dari BATAN telah berpartisipasi dalam kegiatan IAEA di Reaktor Berpendingin Gas sejak awal 1990-an. BATAN telah menyelenggarakan banyak Lokakarya IAEA tentang HTGR, dan Indonesia adalah anggota aktif TWG-GCR,” katanya saat jumpa pers di Kota Yogyakarta, Sabtu (5/6).
Keterlibatan Indonesia yang terbaru adalah berhasil mendesain reaktor nuklir dengan teknologi berpendingin gas atau dikenal sebagai reaktor nuklir generasi keempat (High Temperature Gas Reactor/HTGR).
Dikembangkan sejak 2014 lalu, desain yang tinggal menunggu hak paten ini diklaim Batan berbiaya lebih murah dari harga yang ditawarkan oleh negara-negara maju.
Peneliti Senior Batan Geni Rina Sunaryo mengatakan salah satu produsen dari Rusia pernah menawarkan harga Rp4,32 triliun yang hanya mencangkup desain konseptual dan detail design engineering.
“Padahal dengan desain yang kita ciptakan dan penggunaan material dalam negeri yang terjamin keselamatannya. Harga dari pembuatan konsep sampai aplikasinya hanya mencapai Rp2,3 triliun,” kata Geni.
Batan sendiri menurut Geni memutuskan membangun reaktor daya eksperimental HTGR di Serpong dengan kapasitas produksi listrik 10 MW dan bakal dinaikkan bertahap hingga 50 MW.
Reaktor ini dinilai Batan cocok diterapkan dalam pembangunan PLTN di Indonesia kedepan. Namun meski belum akan tahu kapan akan diterapkan, namun keluarnya hak paten ini bakal membanggakan sebab desain ini bisa diaplikasikan oleh negara lain.
Ketua Pelaksana Konferensi, Djarot Sulistio Wisnubroto menerangkan konferensi ini bakal menjadi kesempatan bagi para pakar dan ilmuwan lintas negara untuk saling berinteraksi dalam mengembangkan teknologi reaktor sekaligus memecahkan tantangan yang dihadapi.
“Kemajuan teknologi reaktor nuklir dapat menjadi salah satu opsi dalam menghadapi tantangan perubahan iklim sekaligus mengatasi kebutuhan energi, dengan tetap mengoptimalkan aspek keamanan dan keselamatan,” katanya.(set)