Yogyakarta, Koran Jogja – Kota Yogyakarta tidak memiliki warisan berupa sumber daya alam namun berupa warisan budaya baik benda maupun tak benda yang mengandung nilai-nilai adiluhung. Salah satu ciri khas Yogyakarta adalah warisan arsitektur kawasannya.
“Ketika seseorang berada di suatu kawasan dia akan tahu berada dimana dari ciri khas arsitektur kawasan tersebut. Inilah salah satu daya tarik Yogyakarta yang harus kita lestarikan baik sebagai aset budaya maupun ekonomi,” ujar Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi saat membuka acara Sosialisasi Prosedur dan Panduan Arsitektur Bangunan Baru di Kawasan Cagar Budaya di Novotel Suites Malioboro, Rabu (10/3) lalu.
Kegiatan yang digelar Kundha Kabudayan Kota Yogyakarta ini diikuti tokoh budaya, tokoh masyarakat/LPMK, Kemantren dan Kelurahan dari Kawasan Cagar Budaya.
Heroe Poerwadi mengatakan, melalui tata kelola yang menjadikan warisan budaya sebagai lokomotif ekonomi akan mampu menjadikan perekonomian tumbuh kembang yang berdampak pada meningkatnya kesejahteraan masyarakat.
Keelokan warisan budaya telah menarik kedatangan wisatawan yang datang, menginap dan membelanjakan uangnya baik untuk akomodasi, makan bahkan oleh-oleh.
Dalam laporannya Kepala Kundha Kabudayan Kota Yogyakarta, Yetti Martanti menyampaikan bahwa di Kota Yogyakarta ada empat kawasan yang ditetapkan Gubernur DIY sebagai kawasan cagar budaya, yakni KCB Kraton, KCB Pakualaman, KCB Kotabaru, dan KCB Kotagede.
Adanya pembangunan bangunan baru di KCB yang tumbuh secara dinamis perlu disikapi dengan arif dan bijak agar kelestarian arsitektur dan bangunan di KCB dapat dilestarikan.
“Untuk itu kami melakukan sosialisasi untuk memberikan pemahaman dan pengetahuan bagaimana prosedur dan pedoman membangun bangunan baru di kawasan cagar budaya. Tujuannya untuk melestarikan arsitektur dan memperkuat karakter atau citra kawasan sesuai budayanya sehingga dapat mempertahankan citra keistimewaan Yogyakarta,” jelas Yetti.
Wakil Ketua DPRD Kota Yogyakarta, Dhian Novitasari menyampaikan apresiasi pada pemangku kebijakan dan masyarakat yang telah berpartisipasi dalam upaya pelestarian cagar budaya. Ia berharap tidak berhenti sampai sosialisasi semata namun akan terus bersama, bersinergi dalam melestarikan budaya di kawasan cagar budaya sebagaimana peran, fungsi dan posisi masing-masing.
“Kami menerima usulan dan masuklan terkait dengan pengembangan KCB yang mana usulan tersebut bisa kita masukkan dalam Perda atau masuk dalam penganggaran. Melalui pelestarian KCB dan nilai nilai luhur didalamnya akan melahirkan generasi istinewa yang tidak tercerabut dari akar budayanya. Dan disisi lain dengan KCB yang semakin asri, nyaman juga akan menarik orang untuk datang ke Yogyakarta yang berdampak pada kenaikan PAD Kota yogyakarta,” ucapnya.(rls)