Yogyakarta, Koran Jogja – Ketua Pokja Genetik FKKMK UGM, dr. Gunadi, Sp.BA., Ph.D., mengatakan varian Delta Plus atau AY.4.2 merupakan hasil mutasi alamiah yang terjadi pada virus termasuk SARS-CoV-2. Namun demikian hasil mutasi tidak selalu lebih berbahaya.
“Sekali lagi AY.4.2 belum ada bukti yang menunjukkan lebih ganas ya ataupun lebih mudah menular dibandingkan varian induknya, varian Delta (B.1.617.2),” kata Gunadi dikutip dari keterangan tertulisnya, Kamis (18/11).
Gunadi menyebutkan bahwa sampai saat ini belum ada bukti riset soal tingkat keganasan varian ini lebih berbahaya dari dari varian Delta. “Otoritas Kesehatan Inggris juga baru menggolongkannya menjadi Variant Under Investigation, belum VOI ataupun VOC,”paparnya.
Meski varian ini berasal dari inggris dan saat ini sudah terdeteksi di Malaysia, menurutnya pemerintah tetap harus memperketat perbatasan untuk mengantisipasi masuknya setiap varian baru.”Sebetulnya pencegahan penyebaran varian apapun termasuk AY.4.2 sama. Mestinya pemerintah sudah antisipasi termasuk terkait perbatasan antar negara,” tegasnya.
Soal kenaikan lonjakan penularan kasus covid-19 di Inggris belakangan ini menurutnya belum tentu disebabkan oleh varian tersebut. Sebab kenaikan penularan juga dipicu oleh longgarnya penerapan pembatasan dan protokol kesehatan.
“Tergantung banyak faktor, salah satu faktor yang penting adalah bagaimana aktivitas masyarakat khususnya prokes,” ujarnya.
Menurut pandangannya protokol kesehatan harus diperkuat dalam segala aktivitas kegiatan di masyarakat hingga tercapainya kekebalan komunal.
Sepanjang covid-19 belum terkendali dan imunitas kelompok belum terbentuk, prokes ketat dan pembatasan kegiatan warga tetap perlu diutamakan oleh pemerintah.
“Kuncinya satu, prokes. Sampai kapan? sampai kekebalan komunal tercapai,” pungkasnya. (rls)