Yogyakarta- Aiptu Sri Mulyono adalah anggota Satbrimobda DIY yang menjabat sebagai Perwira Unit 3 Subden KBR (Kimia, Biologi, dan Radiokatif) Detasemen Gegana. Bersama tujuh rekan lainnya secara bergantian bertugas melaksanakan pemakaman terhadap korban covid-19 yang telah meninggal dunia.
Dengan mengenakan pakaian APD (Alat Pelindung Diri) berwarna putih bertuliskan “BRI-MOB Jiwa Ragaku Demi Kemanusian” sedang melakukan persiapan sebelum dilaksanakannya proses penjemputan jenasah hingga pemakaman.
Dibantu oleh rekannya secara teliti pakaian hazmat berwarna putih tersebut dikenakan menutupi dirinya, dari ujung rambut hingga ujung kakinya. Terlihat pada tangan dan kakinya dibalut dengan isolasi hingga tertutup rapat. Standar prosedur dari WHO ini harus dilakukan untuk memastikan dirinya aman dari paparan virus mematikan.
Risiko tertular covid-19 tidak bisa dikesampingkan, terutama terkait keselamatan diri dan keluarga yang dicintai. Membatasi diri untuk tidak berinteraksi dengan keluarga pun dilakukan.
Sedih pasti, rindu yang amat besar apalagi. Namun pengabdian kepada Ibu Pertiwi dan mengharap ridho Ilahi lah yang mampu menjadi penguat. Dirinya menyadari, tugas ini tidak hanya beresiko terhadap dirinya, tapi juga orang disekitarnya termasuk keluarga.
Pria kelahiran Sragen Jawa Tengah 43 tahun yang lalu tersebut dijadwalkan untuk bergabung bersama dengan Tim BPBD DIY dan TNI menjemput jenasah di RSI Hidayatullah Yogyakarta untuk dimakamkan.
Koordinasi pun dilakukan untuk memastikan kesiapan evakuasi jenasah dan lokasi pemakaman mengingat ketika seseorang mengenakan APD bisa dehidrasi jika waktunya terlalu lama.
Setelah dipastikan siap, seluruh tim evakuasi pemakaman melakukan penjemputan. Setibanya di ruang jenasah baik petugas maupun peti jenasah dilakukan penyemprotan disinfektan. Dekontaminasi ini dilakukan secara berulang hingga pemakaman selesai dilaksanakan.
Tak hanya sampai disitu, ketika petugas kembali di posko satgas selesai melakukan prosesi pemakaman korban covid-19. Dekontaminasi ini kembali dilakukan sesuai jalur dan tahapan yang telah ditentukan, petugas hingga peralatan dan kendaraan tak luput dari semprotan cairan disinfektan.
Setelah proses dekontaminasi akhir itu dilakukan, dirinya bersama petugas lainnya melaksanakan karantina mandiri satu hingga dua hari, didampingi oleh petugas kesehatan untuk mengecek tensi dan suhu tubuh secara berkala pagi, siang dan sore.
Selama dikarantina mandiri, waktu tersebut dia gunakan untuk istirahat total agar kesehatan tetap terjaga dan dapat kembali bertugas demi kemanusian. Dirinya berpesan sebagai manusia biasa, dirinya hanya bisa berpesan agar kita senantiasa selalu bersyukur dalam menjalani hidup, serta selalu memberikan yang terbaik pada setiap usaha yang akan kita lakukan.(rls)