Koran Jogja – Petani di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat terus menuai rezeki dari hasil kerja kerasnya bertanam lada.
Terlebih dengan adanya dukungan dari berbagai pihak, hasil produksi rempah ini pasarannya terus meluas hingga ke pelosok negeri. Secara otomatis perekonomian petani lada pun ikut meningkat.
Salah seorang petani bernama Haji muslimin di Desa Sandoyan mengatakan, berkat hasil pertanian lad aini dirinya telah berhasil membiayai sekolah tujuh anaknya.
“Anak saya ada yang menjadi sarjana pertanian, sarjana kehutanan dan guru,” katanya tokoh masyarakat dari Duun Batu Layar itu.
Selain itu, berkat hasil pertanian lada ini pula dirinya bisa menunaikan ibadah haji bersama beberapa petani lainnya.
Kepala Desa Sendoyan, Kecamatan Sejangkung Juliansyah mengatakan sebagai wilayah 3T (tertinggal, terpencil, dan terluar) perbatasan NKRI yang hanya berjarak kurang dari 200 km dari Kota Kucing Malaysia, Kabupaten Sambas tengah digempur dengan rentetan ancaman ekonomi.
Ancaman ekonomi itu dibawa bersamaan masuknya produk-produk buatan Malaysia. Atas hal itu, sudah sepatutnya warga terus berupaya meningkatkan taraf ekonomi Sambas supaya bisa keluar dari status 3T.
“Salah satunya melalui produk unggulan lada Sambas yang kaya potensi untuk mendunia,” katanya.
Para petani dari dua belas desa di Kabupaten Sambas setiap hari berkumpul di hamparan tanaman lada seluas 213 hektar yang berlokasi di Desa Sedoyan. Ada sekitar 629 petani yang beraktivitas.
Mereka melakukan budidaya tanaman yang dijuluki “King of Spices” itu hingga musim panen tiba. Dalam satu tahun, petani lada Sambas dapat menghasilkan sebanyak 200 ton biji kering.
Petani lada Sambas dapat menghasilkan sebanyak 200 ton biji kering dalam setahun. Biji mentahan tersebut nantinya dibeli oleh Koperasi Srikandi Jaya Sambas.
Di bawah merek Batu Layar, biji lada hasil panen petani disulap menjadi lada bubuk. Prosesnya, lada kering yang dibeli melewati proses penggilingan hingga menjadi butiran kecil halus.
Lada yang sudah menjadi bubuk selanjutnya dikemas dalam botol berukuran 80 gram, label Batu Layar terpampang di depan botol.
Banyak dukungan yang datang dari berbagai pihak untuk membantu warga Sambas mengembangkan usahanya dan meningkatkan mutu dan kualitas lada.
Salah satunya adalah Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank melalui program Desa Devisa.
Program ini memberikan pendampingan dan pelatihan kepada petani dalam perihal produksi, pemasaran, dan kebijakan sehingga produk lada Sambas bisa segera merambah pasar ekspor.
Mimpi tinggi petani Sambas untuk menghantarkan produknya ke panggung global pun perlahan menjadi pasti. (*)