Bantul, Koran Jogja – Bertahun-tahun dibiarkan menjadi area kumuh dan tempat pembuangan sampah warga pinggiran Kali Opak di Desa Pleret, Kecamatan Pleret, Bantul berinisiatif bergerak bersama. Menjadikan pinggiran sungai sebagai objek wisata ternyata mampu menggerakkan ekonomi warga.
Hal ini dilakukan warga dusun Kanoman yang berinisiatif menjadikan area seluas satu hektar di sisi timur Sungai Opak diubah menjadi area wisata kekinian yang tidak hanya menarik bagi keluarga namun juga dilirik para pesepeda.
“Kami namakan taman ini ‘Senja Ngelo’. Karena memang andalan kami saat ini adalah pemandangan matahari tenggelam di ujung barat sungai,” kata Koordinator Tim Pengelola Taman Senja Ngelo Muhammad Ari Yulianto, Kamis (14/10).
Ari menceritakan keberadaan taman ini bermula dari keinginan beberapa warga dan pemuda yang ingin menyiapkan lokasi terbuka untuk tempat momong anak. Bergotong royong, pada akhir Juli lalu pembersihan lokasi yang dipenuhi semak belukar, sampah dan rumpun liar bambu dibersihkan.
Lantas pada Agustus sampai September lalu dilakukan penambahan pendukung seperti panggung, enam gazebo. Sedangkan keberadaan warung makan ini baru hadir pada minggu pertama pembukaan pada awal Oktober ini.
“Sebenarnya konsep kita hanya tempat nongkrong, tapi mengambil suasana syahdu dan wisata air menaiki perahu di Sungai Opak,” katanya.
Sementara saat malam hari, taman yang buka hingga pukul 22.00 WIB menghadirkan suasana tenang dengan banyak lampu yang dipasang. Terlebih lagi, banyak pengunjung yang menikmati wisata naik perahu.
Soal nama taman Senja Ngelo, Ari mengaku ada filosofi sejarahnya. Dia mengatakan dulu di sini pernah tumbuh pohon lo besar yang kemudian hanya terkena banjir. Kalau versi sejarah, Kanoman ini kan dulu tempat berkumpulnya prajurit Mataram muda saat sedang banyak pikiran atau ngelu akan ke sini melepaskan penat, itu ceritanya.
.”Ke depannya akan ada homestay, glamping dan outbound. Karena ini adalah pariwisata berkelanjutan,” ucap Ari.
Keberadaan objek wisata ini disambut baik Kepala Desa Pleret Taufik Kamal. Menurutnya keberadaan area wisata ini sesuai dengan keinginan masyarakat yang berkeinginan mencari peluang dalam bidang pariwisata.
“Dulu di sini dikenal sebagai alas Metaok atau Pasar Dhemit. Namun atas perjuangan semua, julukan itu akan hilang sendirinya,” jelasnya.
Sebagai salah satu desa penerima Danais sebesar Rp1,5 miliar. Taufik mengatakan sebagai desa yang memiliki banyak situs sejarah Mataram, pihaknya akan mendorong keberadaan area wisata untuk mengangkat nama desa.
Menjadi objek pertama yang dibuka, keberadaan taman Senja Ngelo ini akan disusul oleh objek wisata lainnya seperti taman Banyu Kencono, Embung Gajah Wong. Bulak Welok dan Lereng Sentono.(set)