Gulir ke Bawah untuk baca artikel
News

Program Petani Milenial, Disebut Kang Emil Bukan Karpet Merah

×

Program Petani Milenial, Disebut Kang Emil Bukan Karpet Merah

Sebarkan artikel ini

Yogyakarta, Koran Jogja – Sebanyak 1.249 petani muda dalam program Petani Milenial angkatan pertama diwisuda oleh Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.

Program yang berjalan sejak 20 Maret 2021 disebut Kang Emil bukan karpet merah.

“Petani milenial bukan program karpet merah yang secara instan bisa langsung menghasilkan keuntungan tanpa rintangan. Program ini diibaratkan pendakian gunung yang harus selalu didampingi pemerintah lewat pelatihan, anggaran, lahan, teknologi sampai pemasaran,” kata Kang Emil di Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat, Kamis (24/3).

Selama setahun ini, Kang Emil mengakui banyak dinamika dalam jalannya program, sehingga menyebabkan sebagian petani milenial tidak cukup berhasil.

Kendala-kendala itu seperti akses ke perbankan karena tak memenuhi persyaratan, salah komoditas, hingga gagal panen.

“Namun sebanyak 1.249 petani milenial yang diwisuda sekarang inilah yang membuktikan konsistensinya dan pantang menyerah. Artinya ada yang berhasil ada yang tidak karena menyerah di perjalanan, urusan akses ke perbankannya tidak memadai, ada yang salah komoditas, dan gagal panen. Tapi yang berhasil ini membuktikan mereka konsisten,” tutur Kang Emil.

Para petani yang diwisuda adalah peserta yang memiliki pendapatan minimal setara upah minimum kabupaten/kota di lokasi usaha.

Mereka berasal dari berbagai lapisan, ada yang berlatar belakang keluarga petani ada yang tidak.

Ada sarjana non-pertanian seperti psikologi, sastra, mahasiswa, dosen, seniman, maupun ibu rumah tangga.

Sebagian besar petani milenial yang diwisuda didominasi laki-laki sebanyak 88 persen, sedangkan perempuan 12 persen.

Kendati demikian, Kang Emil optimistis, di tahun-tahun berikutnya jumlah petani milenial yang berhasil dan diwisuda akan semakin bertambah. Tentunya dengan diiringi evaluasi di sektor yang kurang.

“Jadi ada keberhasilan ada juga kekurangsempurnaan yang terus kita perbaiki. Tapi saya optimistis, boleh dicek dengan provinsi lain yang paling produktif melahirkan anak muda kembali bertani di desa adalah Jabar,” tutur Kang Emil.

Keberhasilan melahirkan seribuan petani muda ini menjadi keyakinan, konsistensi Program Petani Milenial, akan melahirkan petani muda di Jabar di bawah 40 tahun menggantikan petani lansia yang hampir 70 persennya berusia 70 tahun.

Regenerasi petani pun kini sudah terlihat dari penggunaan teknologi pengolahan pertanian hingga pemasaran yang tak ditemui pada petani lansia.

Penguasaan teknologi pertanian ini menjadi bukti bergesernya kesejahteraan yang didominasi perkotaan ke pedesaan.

“Saat ini terlihat petani muda sudah mulai pakai teknologi, menyiram tanaman menggunakan handphone, penjualan dengan e-commerce, ini tidak terjadi di generasi orang tuanya,” jelas Kang Emil.

Untuk Program Petani Milenial Angkatan II Pemda Provinsi Jabar kembali membuka pendaftaran yang akan berkolaborasi dengan pemda kabupaten/kota.

Pemda Kabupaten Bogor sudah menyiapkan lahan untuk digarap petani milenial di Angkatan II.

Pemerintah Kabupaten Bogor akan diajak berkolaborasi dalam penyiapan lahan garapan. (Set)