Yogyakarta, Koran Jogja – Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Daerah Istimewa Yogyakarta, Sugeng Arianto memaparkan ada tiga faktor utama penyebab kemiskinan.
“Lima tahun terakhir beras, rokok dan properti selalu menjadi komoditas utama bahan pokok pembentuk garis kemsikinan,” jelas Sugeng di Gedung DPRD DIY, Rabu (24/11).
Sugeng hadir di DPRD DIY sebagai salah satu narasumber Focus Group Discussion (FGD) yang digelar pimpinan DPRD bersama instansi terkait mencoba mengurai permasalahan kemiskinan.
Dalam paparannya, Sugeng mengatakan kontribusi beras terhadap garis kemiskinan berada pada kisaran antara 14,75 persen sampai dengan 35,44 persen.
Kemudian konsumsi rokok kretek filter di wilayah perkotaan menyumbang garis kemiskinan sebesar 6,64 persen dan di kota sebesar 5,68 persen.
“Urutan ketiga adalah daging ayam ras menyumbang garis kemiskinan di desa sebesar 5,55 persen, sementara di kota sebesar 5,16 persen,” jelasnya.
Sedangkan kebutuhan non pangan pembentuk garis kemiskinan di DIY adalah properti, atau perumahan itu sebesar 8,16 persen di desa dan 7,67 persen di desa. Kemudian bensin, listrik, pendidikan, dan perlengkapan mandi.
Menurut Sugeng, wilayah DIY berpotensi masuk kedalam kondisi kemiskinan ekstream jika tidak ada upaya intervensi dari pemerintah.
“Semua wilayah sangat berpotensi masuk ke dalam kemiskinan ekstream termasuk DIY, oleh karena itu perlu adanya kebijakan yang mampu mengubah kondisi,” paparnya.
Koordinator penyusunan pokok-pokok pikiran DPRD DIY Arif Noor Hartanto mengatakan, berdasarkan data sensus penduduk, laju pertumbuhan penduduk di DIY sejak 2010 sampai dengan 2020 mencapai 0,58 persen per tahun dengan jumlah penduduk 3,6 juta jiwa.
Dari survei sosial eknomi nasional (Susenas) Maret 2021 , Arif menyatakan kategori kemiskinan dengan batas minimal pengeluaran Rp482.855 per kapita per bulan, menghadirkan angka 12,8 persen penduduk DIY masuk kategori miskin.
Artinya dari total penduduk DIY yang mencapai 3,668 juta jiwa, sebanyak 506,4 ribu jiwa masuk kategori miskin pada Maret 2021.
“Terjadi peningkatan kemiskinan sebesar 3,3 ribu jiwa jika dibandingkan pada September 2020 lalu,” jelasnya.
Dijelaskan pula dominan presentase itu, berdasarkan data Susenas berada di Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Gunungkidul dan Kabupaten Bantul. (Set)