Jumat, 6 Desember 2024
Koran Jogja

Yudian BPIP, Salam Pancasila Jalan Tengah Kebangsaan

 

Yogyakarta, Koran Jogja – Melalui beda buku pemikirannya, Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi menyatakan ‘Salam Pancasila’ adalah jalan tengah kebangsaan.

“Usulannya berawal dari Ibu Mega (Megawati Soekarno Putri) yang ingin meniru Salam Merdekanya Bung Karno,” kata Yudian di Universitas Islam Negeri (UIN) Yogyakarta, Jumat (21/1/2022.

Yudian hadir dalam acara bedah buku berjudul ‘Salam Pancasila; Sebagai Salam Kebangsaan, Memahami Pemikiran Kepala BPIP RI’ yang ditulis dosen UIN Suka Khoirul Anam.

Dalam sambutannya, Yudian mengatakan usai menjadi kontroversi tahun 2021, dirinya diminta DPR RI dan MPR untuk tidak bikin gaduh. Melalui buku ini Yudian memberikan bahwa Salam Pancasila. Salam tidak dimaksudkan sebagai pengganti salam keagamaan.

Menurutnya, Salam Pancasila adalah jalan tengah yang menjembatani dan menjadi titik temu bagi rakyat tanpa melihat latar belakang apapun.

Pengucapannya di ranah public service, menurut Yudian bertujuan agar bangsa Indonesia tetap bersatu, tidak pecah, dan mendapatkan pahala dari Allah SWT.

Ditegaskan, Salam Pancasila adalah perbuatan adat yang jika diniati ibadah akan mendapatkan pahala.

“Ini adalah salam dalam hubungan kemanusiaan. Sebab jika kita menyapa pemeluk agama lain dengan salam agama kita, itu membebani mereka. Demikian juga mengucapkan salam, Om Swastiastu, kita dituduh masuk Hindu,” jelasnya.

Sekretaris Utama BPIP Karjono melihat kehadiran buku ini bertepatan dengan keputusan pemerintah menjadikan Pancasila sebagai mata pelajaran wajib di pendidikan dasar sampai perguruan tinggi.

“Di materi Pancasila, kita mensosialisasikan ‘Salam Pancasila’ sebagai salam kebangsaan. Diharapkan anak-anak tahu bahwa sebagai pejabat public seperti Bupati yang beragama Kristen, Budha atau Islam tidak bikin ribut mengenai salam,” ucapnya.

Penulis Khoirul Anam mengatakan bahwa buku ini adalah jawaban dan klarifikasi Yudian Wahyudi di tengah pertarungan wacana Islam Fundamentalis dengan ideologi Pancasila sebagai ideologi paling luhur.

“Saya tidak masuk ke ranah politik, sebab yang kontra di sisi oposisi. Buku ini tidak bisa menghadirkan analisa mendalam tentang itu,” jelasnya. (Set)

Leave a Reply