Koran Jogja – Konten slow living tercatat dalam Google Trends mengalami peningkatan 400 persen pada tahun 2019 sampai 2020.
Lalu apa itu gaya hidup slow living? Seorang pekerja sosial berlisensi dan direktur klinis di Absolute Awakenings bernama Candace Kotkin-De Carvalho menyebut laju kehidupan yang sibuk seperti saat ini dianggap suatu hal yang ‘normal’.
Hampir semua orang terburu-buru untuk berupaya menyeimbangkan tanggung jawab. Salah satu faktor yang membuat itu menjadi hal ‘normal’ adalah karena hampir semua orang melakukan hal yang sama. Mereka juga merasakan suatu tekanan supaya bisa tetap bersemangat agar bisa mengimbanginya.
Slow living merupakan suatu pilihan mengambil langkah mundur dari cara hidup modern seperti itu. Kemudian juga lebih berhati-hatio dalam menghabiskan waktu dan melawan tekanan konsumsi yang serba cepat di era modern.
“Ini (slow living) mengenai bagaimana menciptakan hubungan bermakna dengan orang-orang dan lingkungan di sekitar kita,” katanya dilansir dari laman the healthy, 9 Januari 2024.
Dia melanjutkan, slow living juga merupakan menjalani hidup dengan tanpa tergesa-gesa atau khawatir, serta meluangkan waktu untuk menghargai momen-momen kecil.
“Gaya kehidupan ini mendorong seseorang untuk fokus pada perawatan diri, istirahat, bersyukur, memperhatikan tindakan dan pikiran. Kemudian akhirnya memperoleh kembali rasa kendali dalam hidup kita,” katanya.
Manfaat Slow Living Adalah?
Seorang psikolog bersertifikat di Arkansas bernama Daniel Wysocki mengatakan masyarakat Amerika menghargai gaya hidup serba cepat sekaligus berprestasi tinggi.
Akan tetapi, pola yang membuat seseorang seperti hidup dengan autopilot itu sama sekali tidak bermanfaat untuk kesehatan mental maupun fisik.
Perpustakaan Kedokteran Nasional AS pun menyebut stres kronis ada kaitannya dengan masalah kesehatan, seperti tekanan darah tinggi.
Kemudian penyakit jantung, masalah pencernaan, diabetes, obesitas, masalah kulit, masalah tidur, dan kondisi kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan.
Cara mencapai gaya hidup slow living
Wysocki mengatakan menerapkan slow liwing dimulai dengan menyadari bahwa waktu merupakan sumber daya paling berharga dan terbatas.
Pada intinya adalah menjalani gaya hidup slow living yakni dengan memulainya secara perlahan.
Slow living yakni mengenai menikmati perjalanan atau menjalani hidup dengan kecepatan apa pun yang cocok untuk diri sendiri.
Wysocki mengatakan taktik yang bagus dalam mengadopsi gaya hidup slow living ini bisa dengan memperlambat langkah selama 30 detik sepanjang hari.
“Jauhi teknologi dan perlambat gerakan. Termasuk napas, dan fokus lah pada saat ini,” katanya.
seorang terapis di Divorce Answers bernama Lauren Cook-McKay, LMFT mengatakan ada beberapa kebiasaan sederhana untuk bisa tetap berada di jalur menuju slow living.
- Bernapas dengan penuh kesadaran untuk menenangkan pikiran dan meningkatkan rasa rileks
- Menghabiskan waktu di alam, yang dikenal dapat mengurangi stres dan meningkatkan kesejahteraan mental
- Mengurangi waktu menonton layar untuk terhubung dengan masa kini dan menghentikan kebiasaan gangguan yang tidak perlu
- Memperlambat waktu saat makan untuk menikmati setiap gigitan dan pengalaman itu
- Prioritaskan perawatan diri dengan menetapkan batasan. Lakukan hal yang menyenangkan, seperti olah raga, membaca, peregangan, memasak, atau menulis jurnal. (*)
Baca artikel lainnya: