Yogyakarta, Koran Jogja – Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) sepakat rendahnya implementasi nilai-nilai Pancasila karena kurangnya kesadaran diri bangsa.
Menghadapi tantangan yang dihadirkan teknologi, masyarakat diajak aktif mensosialisasikan nilai-nilai Pancasila dengan berbagai inovasi.
Pandangan ini disampaikan Kepala BPIP Yudian Wahyudi saat berada satu panggung dengan Bupati Lumajang, Jawa Timur Thoriqul Haq, saat kegiatan talk show Kebangsaan bertema ‘Membumikan Jiwa dan Semangat Kebangsaan di Era Digital’, Sabtu (26/3).
“Karenanya saya mengajak masyarakat Lumajang menggelorakan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,” papar Yudian seperti dilansir dalam rilis pada Senin (28/3).
Di era kemajuan informasi teknologi digital, Yudian berharap generasi milenial mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dengan semangat kebangsaan melalui konten-konten kreatif, musik, olah raga, seni dan lainnya.
“Generasi muda harus mampu menangkal berita-berita bohong, radikalisme, terorisme melalui teknologi serta memaksimalkannya menjadi sesuatu yang berguna dalam mendorong kemajuan bangsa,” harapnya.
Diharapkan peserta, Yudian juga menjelaskan mendalam mengenai ‘Salam Pancasila’ yang oleh BPIP sedang disosialisasikan sebagai salam kebangsaan untuk merespon kemajemukan bangsa Indonesia.
“Salam Pancasila adalah Salam Kebangsaan, Salam Pancasila bukan salam untuk mengganti salam keagamaan,” tegasnya.
Bupati Lumajang Thoriqul Haq, mengakui Ideologi Pancasila sudah final dan tidak harus dipertentangkan lagi.
Meskipun demikian menurutnya masih banyak permasalahan dalam mengimplementasikannya.
“Problem Pancasila adalah kurangnya kesadaran diri untuk mengimplementasikannya. Idealnya masyarakat selalu menanamkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari,” ucapnya.
Dirinya meminta urusan tentang Pancasila ini jangan seolah-olah menjadi urusan pemerintah. Tetapi masyarakat berperan penting di dalam prosesnya karena merekalah ujung tombaknya.
Thoriqul meminta jangan sampai nilai-nilai Pancasila tereduksi atau berkurang di dalam masyarakat karena pengaruh teknologi.
Harus ada kesinambungan nilai-nilai dan gagasan yang dilakukan sehingga diharapkan Pancasila terus dapat terjaga.
“Saat ini kita sering mengargumentasikan soal gotong-royong soal pluralisme tetapi tidak dilakukan, itu sama dengan bohong. Pancasila tidak hanya sosialisasi, tetapi nyata dilakukan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,” jelasnya. (Set)