Bantul, Koran Jogja – Abu Production merupakan produsen aksesoris interior asal Pleret, Kabupaten Bantul yang konsisten menjaga kualitasnya.
Produknya ini memakai material kayu dan Medium Density Fiberboard (MDF) yang dikombinasikan dengan logam, stainless, kaca serta anyaman daun pandan.
Muhammad Abu Arifaini merupakan pemilik dari usaha tersebut. Alamatnya berada di RT 03, Trayeman, Pleret, Kapanewon Pleret, Kabupaten Bantul.
Dilansir dari laman resmi Bantulkab, ada berbagai produk kerajinan yang dihasilkan di Abu Production ini. Mulai dari perabot dapur, box, pen holder, vas bunga, hingga souvenir.
Abu mengatakan usahanya ini dirintis pada 1997 silam. Dia mendapatkan ilmunya saat menjadi siswa SMK jurusan Kerajinan Kayu.
Selain itu, dia juga sempat mengenyam pendidikan Perguruan Tinggi di jutusan seni rupa kriya kayu.
“Kami mulai rintis usaha ini tahun 1997. Awalnya manual, kemudian kami mengubahnya dengan lebih banyak (memakai) mesin supaya kapasitas produksinya bisa lebih banyak,” katanya.
Karena permintaan pasar yang semakin banyak, dia pun mengembangkan model produksi dengan memakai Computer Numerical Control atau CNC supaya bisa lebih praktis.
Abu dalam memproduksi kerajinannya ini dibantu oleh lima orang karyawan. Konsumennya pun ada dari berbagai kalangan. Seperti pengusaha hotel hingga instansi pemerintah serta swasta.
Dia mengungkapkan untuk bahan baku utama berupa kayu didapatkannya dari Klaten. Sedangkan ketika ada pesanan memakai kombinasi bahan lain, Abu bermitra dengan IKM lain.
Abu mempunyai rekanan kayu di Piyungan, sedangkan untuk rotan dari Wonosari. Kemudian pandan di Bangunjiwo serta Tembi.
Meski begitu, untuk proses quality control pun tetap dilakukan di bengkel Abu Production. Abu mengaku dalam satu bulan mengantongi omzet sekitar 35 sampai 50 juta.
Sedangkan untuk strategi pemasarannya, lebih mengandalkan ikut dalam pameran sehingga pembeli bisa datang dan melihat barangnya langsung.
Strategi pemasaran dengan bertemu langsung calon konsumen di pameran ini, secara otomatis membuat jaringan sendiri.
“Kami tidak stok barang, jadi rata-rata made by order. Kami aktif pameran yang difasilitasi dinas dan secara otomatis terbentuk jaringan konsumen itu,” katanya.
Abu mengatakan tidak memaksimalkan pemasaran di media sosial, karena tak terlalu berpengaruh. Sebab calon konsumen di medsos biasanya hanya membandingkan harga dan tidak tahu kualitasnya.
“Kami bermain di kualitas. Jadi getok tular biasanya. Dapat rekomendasi dari customer lain, kemudian datang ke tempat saya, itu 95 persen pasti jadi (deal),” paparnya. (*)
Baca artikel lainnya: