Koran Jogja – Investasi adalah suatu aset maupun barang yang didapatkan untuk memperoleh pendapatan atau peningkatan nilainya seiring berjalannya waktu.
Supaya bisa mendapatkan keuntungan yang besar di masa depan, maka membutuhkan pengeluaran sumber daya. Mulai dari uang, tenaga, dan juga waktu.
Apakah investasi halal?
Halal merupakan bahasa Arab yang memiliki arti diizinkan dan memiliki beberapa persyaratanya. Di antaranya berikut ini.
- Transaksi tidak melibatkan riba atau bunga
- Tidak pada aset atau komoditas haram. Semisal daging babi, dan alkohol
- Tidak berdasar gharar yang digambarkan sebagai transaksi yang sangat tidak pasti atau bertentangan dengan gagasan kepastian dan transparansi
Dilansir dari Al Jazeera, direktur Dewan Keuangan Islam Inggris (UKIFC) Omar Shaikh mengatakan investasi halal pada dasarnya sesuai dengan keyakinan individu itu sendiri.
“Investasi halal pada dasarnya adalah mengelola uang dan keuangan Anda sesuai dengan keyakinan Anda,” katanya.
Ia menyebut umat muslim percaya menghasilkan uang dengan cara halal lebih baik daripada mendapatkan uang banyak tetapi merugikan masyarakat dan bertentangan terhadap moral agama.
Investasi halal ada cukup banyak. Salah satu contohnya yakni pembiayaan bisnis Islam yang bekerja memakai model baru bagi hasil, asuransi sesuai syariah, dan sukuk.
Dalam laporan Goldman Sachs pada Desember 2022 memprediksi pada tahun 2075 ada lima dari 10 negara dengan perekonomian terbesar di dunia.
Lima negara tersebut yakni Indonesia, India, Nigeria, Pakistan, dan Mesir. Kelima negara ini mempunya populasi muslin lebih dari 850 juta orang.
Permintaan produk keuangan pun akan mengalami peningkatan seiring dengan populasi yang semakin bertambah.
Salah seorang pendiri SmartCrowd, Siddiq farid mengatakan, investasi halal secara umum sedang mengalami peningkatan.
“Masyarakat akan lebih terdidik dan sadar akan dampak yang mereka terhadap lanskap sosio-ekonomi secara global,” katanya. (*)
Baca artikel lainnya:
