Senin, 28 April 2025
Koran Jogja

Mbah Kentol: Usaha Ingkung Cancut Taliwondo di Bantul Sambil Sedekah Ilmu

Mbah Kentol: Usaha Ingkung Cancut Taliwondo di Bantul Sambil Sedekah Ilmu. (Bantulkab)
Mbah Kentol: Usaha Ingkung Cancut Taliwondo di Bantul Sambil Sedekah Ilmu. (Bantulkab)

Bantul, Koran Jogja – Dalijan alias Mbah Kentol merupakan pemilik usaha kuliner khas di Kentolan Lor, Guwosari, Pajangan, Bantul dengan menu andalan Ingkung Cancut Taliwondo.

Usianya saat ini 69 tahun, dan baru memulai bisnis kuliner tersebut pada umur 60 tahun. Hal menarik dari usahanya itu yakni memberdayakan masyarakat sekitar sekaligus bersedekah ilmu.

Mbah Kentol mengatakan Cancut Taliwondo mempunyai makna kerja sama dengan seluruh kemampuan untuk mencapai tujuan bersama.

“Cancut Taliwondo digelorakan saat zaman simbah buyut saya ketika mau berjuang mengusir penjajah,” katanya dilansir dari laman Bantulkab, Minggu (12/1).

Mbah Kentol mengatakan, jika simbah buyutnya saat itu mengusir penjajah, maka dirinya pun berjuang dari sisi ekonomi.

Dirinya dalam usaha kuliner ini memberdayakan warga sekitar warung. Mbah Kentol diketahui sejak awal membuka usaha itu, mengajak sejumlah tetangganya.

Semisal saja bahan baku ayam kampung jantan yang didapatkannya dari kerja sama dengan tetangga.

“Ayam milik tetangga yang usianya minimal satu tahun, saya ambil (beli). Kemudian arang, kelapa, kreneng untuk memasih, dan ibu-ibu juga membantu masak,” katanya.

Ingkung Cancut Taliwondo ini dimasaknya di ruang terbuka, di depan warung sisi utara. Banyak orang pun biasanya melihat prosesnya.

Bahkan terkadang dirinya mendemokan proses memasak. Dia memang sengaja melakukannya supaya jika ada yang berminat maka bisa meniru.

“Ini ilmu yang saya miliki. Jika pelit ilmu, saya dosa. Ibarat jika ilmi tidak dibagi, maka yang pintar hanya satu atau dua orang saja,” katanya.

Dalam proses memasaknya, dirinya memaka rempah di antaranya jahe, laos, serai, bawang merah, bawang putih, serta daun salam yang dimasukkan ke perut ingkung.

Kemudian ingkung dimasukkan ke kreneng atau keranjang bambu. Tahapan selanjutnya adalah dengan mengguyurnya memakai santan, garam, dan gula.

Prosesnya sekitar empat jam. Dia memakai tungku tradisional dalam memasaknya supaya bisa menjaga resep yang telah turun temurun ini. (*)

Baca artikel lainnya:

Leave a Reply