Senin, 20 Mei 2024
Koran Jogja

Bantul-Bandung Barat, Sepakat Pengembangan Desa Wisata Ke Ekraf

 

Bantul, Koran Jogja – Sama-sama memiliki destinasi unggulan yang mampu menarik wisatawan, Kabupaten Bantul dan Kabupaten Bandung Barat sepakat pengembangan desa wisata tidak lagi mengandalkan alam, tetapi berorientasi pada ekonomi kreatif (Ekraf).

Inilah benang merah diskusi antara Kabupaten Bantul dengan Pemkab Bandung Barat pada Jumat (26/11). Bersama dengan Forum Pawarta Bantul (FPB), Bupati Bantul Abdul Halim berkeinginan mengetahui perkembangan dan permasalahan yang dihadapi Pemkab Bandung Barat dalam hal pengelolaan desa wisata.

Bupati Bantul Halim menyatakan kesepakatannya, bahwa di tengah permasalahan status lahan, pengembangan desa wisata kedepan haruslah berorientasi pada ekraf yang berkelanjutan.

“Disinilah urgensinya atau pentingnya investor. Sebab investor malah bisa mengembangkan pariwisata berbasis masyarakat dengan mengandalkan ekraf. Ini tentunya akan menambah keberagaman desa wisata di Bantul sehingga bisa dikembangkan menjadi paket wisata,” katanya.

Terlebih saat ini Pemkab Bantul menurut Halim tengah mengembangkan ekonomi dengan fokus pada potensi sumber daya ekonomi lokal. Dari kajian pengembangan ekonomi di Bantul terbagi atas bidang pariwisata, industri dan pertanian.

Pemkab Bantul telah menetapkan misi ekonomi dengan mendorong pemberdayaan gunaan potensi lokal yang menerapkan teknologi dan penyerapan investasi.

“Banyaknya potensi sumber daya local yang bisa dimanfaatkan, kita sebagai orang Bantul seharusnya pede dengan keunggulan ini. Marilah kita terus mewarnai dengan keahlian yang dimiliki terutama kewirausahaan,” ucap Halim.

Rombongan ini ditemui oleh Asisten Ekonomi dan Pembangunan Pemkab Bandung Barat Maman Sulaiman, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Heri Partono.

Dalam paparannya, Kepala Bidang Kepariwisataan Disparbud Bandung Barat David Oot mengatakan Pemkab Bandung Barat sendiri membagi pengembangan desa wisata dalam tiga zona wisata utama, yaitu Zona Bandung Utara, Bandung Selatan, dan Bandung Barat.

“Kita telah menetapkan lima desa menjadi desa wisata yaitu Suntenjaya di Kecamatan Lembang, Rende (Cikalong Wetan), Sirnajaya (Gununghalu), Mukapayung (Cililin), dan Cihanjuang Rahayu (Parongpong),” jelasnya.

David meyakini potensi desa wisata kedepan berkembang lagi karena 160 desa di 16 Kecamatan memiliki sumber daya alam yang melimpah. Seperti agro baik pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan. Lalu masih ada potensi wisata minat khusus maupun jenis wisata lainnya.

“Kami sadar meski potensi alam besar yang bisa dikembangkan. Tapi kami terus mengajak masyarakat mengembangkan desa wisata berbasis ekraf, terutama bagi desa yang tidak memiliki potensi alam,” lanjutnya.

Pemkab Bandung Barat menyadari ekraf di masa depan merupakan pendongkrak ekonomi yang bisa dilakukan secara berkelanjutan sekaligus menambah keheterogenan desa wisata.

Kepala Disparbud Heri Partono menyebut bahwa permasalahan mengenai lahan dalam pengembangan desa wisata seperti yang dialami Bantul selalu terjadi. Status lahan yang digunakan sebagai pengembangan obyek wisata menjadi kendala Pemkab dalam menggulirkan program maupun bantuan untuk pengembangan. (Set)

Leave a Reply